PP(PolyPropylene) LLDPE (Low Linear Density PolyEthylene) HDPE (High Density PolyEthylene) OPP (OverHeated PolyPropylene) Berikut Jenis - Jenis Plastik : 1. PP (Poly Propylene) Kantong Plastik PP (Polypropylene) merupakan plastik yang paling umum digunakan di kalangan masyarakat. Karena kejernihannya (Clear/Transparent), kantong plastik PP SuryaMas Plastik distributor kemasan plastik dan botol surabaya. 0812 3548 492, 0812 3157 8181. Home; TENTANG KAMI; Blow Moulding HD, PE, PP, PET, PVC. opp bag (kantong opp) polos dan printing opp roti, dll Oleh karena itu Surya Mas Plastik selalu hadir dengan solusi penghematan biaya, efektifitas bahan serta tenaga kerja, yang timbal PP(PolyPropylene) LLDPE (Low Linear Density PolyEthylene) HDPE (High Density PolyEthylene) OPP (OverHeated PolyPropylene) Jenis-jenis plastik sebagai berikut : - PP (PolyPropylene) Kantong Plastik PP (Polypropylene) merupakan plastik yang paling umum digunakan di kalangan masyarakat. KantongPlastik Pp 1 Kg Merk [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 4.000: Sale Kantong Plastik Pe Bening Laundry [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 24.000: Kantong Plastik Pp 1 2 Kg [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 2.600: Kantong Plastik Hd Tipis Panjang Bening [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 25.500: Plastik Es 1 2 Kg Cap [ Lihat Gambar PerbedaanPlastik Opp Dan Pp. Plastik Opp Jogja on 03.22 in harga plastik undangan 2019 jual plastik opp aksesoris plastik baju kebaya plastik bungkus baju plastik opp untuk snack. Plastik packaging kemasan santapan ialah salah esa ragam material pengemas guna aneka barang camilan dan minuman. Harga plastik packaging beragam sebab tentu Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Saat ini, ada banyak jenis plastik di dunia, macam-macam dan beragam, dari plastik PET, HDPE, PVC, LDPE, PP. PS, dan O/ tidak sesimpel yang dipikirkan jika belum paham edukasinya, belum pernah melakukan aksinya. Di Artikel ini, anda akan belajar sedikit tentang jenis-jenis plastik. Setiap plastik berbeda-beda, baik jenis,katagori, bentuk, dan kegunaannya. Beberapa di antara plastik-plastik tersebut bisa digunakan berulang kali, Bisa didaur ulang, dan ada pula yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan pencemaran lingkungan jika penggunaan dn penanganan yang kurang jenis sampah plastik ada yang mudah didaur ulang, ada juga yang membutuhkan penanganan yang rumit dan lihat produk plastik terdekat Anda saat ini. Mungkin tempat minum/makanan anda terbuat dari plastik, elektronik, Handphone anda di bungkus plastik, Leptop casingnya terbuat dari plastik, anda menikmati camilan sambil membaca artikel ini, dibungkus pakai plastik, atau bahkan pakaian anda terbuat dari bahan baku daur ulang plastikPolyester.Teliti lebih lanjut, dan Anda kemungkinan besar akan menemukan nomor di bagian bawah produk. Anda mungkin sudah tahu bahwa nomor tersebut mengindikasikan jenis plastik yang digunakan sebagai bahan utama benda apakah Anda tahu dengan jelas nomor-nomor plastik untuk menentukan langkah selanjutnya untuk penanganan, agar tidak terbuang ke alam. 7 Jenis Plastik dari PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS dan O/Other 1. Polyethylene Terephthalate PETJenis plastik yang pertama bercode 1 adalah Polyethylene Terephthalate atau PET/PETE. PET merupakan fiber bebas kerut. PET sebagian besar digunakan untuk keperluan kemasan makanan dan minuman karena kemampuannya yang kuat untuk mencegah oksigen masuk dan merusak produk di dalamnya. Jenis plastik PETE juga membantu menjaga agar karbon dioksida dalam minuman berkarbonasi tidak plastik PETE biasanya bisa Anda ditemukan digunakan pada botol air mineral, botol soda, botol minyak sayur, dan tempat plastik lainnya. Jenis plastik PETE biasanya berwarna jernih/transparan dan direkomendasikan hanya untuk pemakaian sekali pakai atau single use. Jenis plastik ini tidak direkomendasikan untuk diisi lagi dan digunakan berulang usaha daur ulang, PET dapat dibagi menjadi 4 jenis. A. PET CWClear White atau PET putih benih, PET jenis ini adalah PET paling mahal dalam industri daur ulang. Beberapa jenis product yang menggunakan jenis PET CW adalah Coca~Cola, Pocari Sweet, Hemart Minyak Goreng PET BM Blue Magenta atau PET Biru Muda , Bening namun ada degradasi warna biru mudanya. Harga untuk bahan bakunya dibawah PET CW, namun masih berada dalam urutan jenis plastik daur ulang primadona. Beberapa jenis product yang menggunakan jenis PET BM adalah Kemasan Air mineral Aqua kemasan 380ml, 600ml, & PET Warna. Dimana kandungan warna botolnya lebih dari 20%. Beberapa contohnya adalah kemasan spriteSekarang sudah diganti dengan jenis PET CW, Mizone, Adem Sari PET Warna kandungan warnanya kuat 100%, biasanya juga disebut PET Kerasan. Dari Segi harga untuk bahan baku daur ulang, jenis ini adalah paling murah. 2. High-Density Polyethylene HDPEJenis plastik yang kedua adalah High-Density Polyethylene atau HDPE. HDPE cukup spesial dari jenis plastik lainnya karena ia memiliki rantai polimer tunggal yang membuatnya sangat padat. Oleh karenanya, HDPE diketahui lebih kuat dan lebih tebal daripada PET. HDPE umumnya digunakan sebagai botol sampo, botol obat, botol detergen, botol pemutih, botol susu yang berkemasan putih pucat, tempat mentega, tempat yogurt, tempat sampo, tempat sabun dan dapat didaur ulang dan digunakan berulang kali, HDPE juga relatif lebih stabil daripada PET. HDPE adalah pilihan yang lebih aman digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan minuman. Jenis plastik ini memiliki karakter yang kuat, keras, buram dan tahan suhu tinggi sehingga mampu mencegah reaksi kimia antara kemasan dengan makanan di plastik berkode 2 ini adalah jenis plastik untuk bahan baku daur ulang favorit, sering disebut plastik artisputihan, paling dicari, dan harganya relatif mahal. 3. Polyvinyl Chloride PVCJenis plastik yang ketiga adalah Polyvinyl Chloride atau PVC. PVC biasanya digunakan sebagai bahan pembuat mainan, pipa plastik, kantong darah dan tabung medis. PVC atau vinil paling banyak digunakan sebagai resin plastik nomor dua di dunia setelah polietilen. Dalam hal toksisitas atau tingkat racunnya, PVC dianggap sebagai jenis plastik yang paling berbahaya. Penggunaannya dapat meluluhkan berbagai bahan kimia beracun seperti bisphenol A BPA, ftalat, timbal, dioksin, merkuri, dan kadmium. Beberapa bahan kimia yang disebutkan ini dapat menyebabkan kanker, gejala alergi pada anak-anak dan mengganggu sistem hormonal itu, jenis plastik PVC jarang diterima oleh program daur ulang karena telah dinyatakan sebagai penyebab risiko kesehatan yang serius dan masalah pencemaran lingkungan. Dalam dunia daur ulang, jenis ini biasanya di sebut kerasan, dan harganya relatif murah. 4. Low-Density Polyethylene LDPEJenis plastik yang ke empat adalah Low-Density Polyethylene atau LDPE. Polyethylenes adalah jenis plastik yang paling banyak digunakan di dunia. Jenis plastik ini memiliki struktur kimia polimer plastik paling sederhana, sehingga sangat mudah dan sangat murah untuk diproses. LDPE sebagian besar digunakan untuk tas plastik belanjaan, tong sampah, kantong dry cleaning, kantong makanan beku, pelapis untuk karton susu kertas, cangkir minuman dan penutup kawat serta kabel. Jenis plastik ini memiliki fleksibilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. LDPE juga aman untuk didaur ulang dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi Jenis Plastik Daun lembaran LDPE dibagi menjadi 7, akan dijelaskan di postingan selanjutnya. Polypropylene PPJenis plastik yang kelima adalah Polypropylene atau PP. Jenis plastik ini lebih kaku dan lebih tahan panas, sehingga PP banyak digunakan untuk wadah makanan panas. PP adalah pilihan bahan plastik yang paling aman untuk wadah makanan dan minuman, serta dapat digunakan berkali-kali karena sifatnya yang tahan plastik PP banyak digunakan sebagai tempat makan, tutup botol, sedotan, botol saus, rompi termal, suku cadang mobil, popok sekali pakai dan liner pad sanitasi. Meski memiliki banyak kualitas yang luar biasa, PP agak susah untuk didaur ulang dan juga dapat menyebabkan gangguan asma dan hormon pada manusia. 6. Polystyrene PSJenis plastik yang keenam adalah Polystyrene atau PS. Polystyrene adalah jenis plastik yang biasa digunakan untuk styrofoam wadah makanan, karton telur, gelas dan mangkuk sekali pakai, dan helm sepeda. Styrene bisa juga didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi terpapar dengan makanan panas dan berminyak, PS dapat melepaskan styrene yang dianggap sebagai racun otak dan sistem saraf, dapat mempengaruhi gen, paru-paru, hati, sistem kekebalan tubuh, mengganggu hormon estrogen yang berakibat pada masalah reproduksi. PS juga memiliki tingkat daur ulang yang rendah. 7. Other LainnyaJenis plastik yang ketujuh adalah semua jenis plastik selain yang telah diidentifikasi oleh nomor 1-6 dan juga plastik yang dapat dilapisi atau dicampur dengan jenis plastik lain, seperti bioplastik. Jenis plastik yang tergolong dalam kategori ini adalah SAN Styrene acrylonitrile, ABS acrylonitrile butadiene styrene, PC poly carbonate, dan PC adalah plastik paling umum dalam kategori ini. Namun, PC sudah tidak banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir karena dikaitkan dengan bisphenol A BPA. Karena toksisitas atau tingkat racunnya, beberapa negara telah melarang penggunaan PC untuk botol bayi dan kemasan formula plastik di kategori ini biasa digunakan pada CD, alat-alat rumah tangga, dan alat-alat elektronik. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu. Sementara ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan bongkar pasang dan pipa. Plastik dalam kategori others termasuk sulit didaur ulang, untuk itu penggunaannya sebaiknya dibatasi atau dihindari. Sumber artikel Kantong Plastik Polybag tersedia dalam komposisi bahan baku sebagai berikut PP PolyPropylene LLDPE Low Linear Density PolyEthylene HDPE High Density PolyEthylene OPP OverHeated PolyPropylene Jenis-jenis plastik sebagai berikut – PP PolyPropylene Kantong Plastik PP Polypropylene merupakan plastik yang paling umum digunakan di kalangan masyarakat. Karena kejernihannya Clear/Transparent, kantong plastik PP banyak digunakan untuk mengemas produk barang konsumsi consumer goods yang hendak ditampilkan warnanya/bentuknya seperti makanan ringan, pakaian, alas kaki, dan masih banyak lagi. – LLDPE Low Linear Density PolyEthylene Kantung Plastik PE dengan struktur kimiawi LDPE Low Density PolyEthylene merupakan pilihan utama para pelaku industri yang membutuhkan kemasan yang memiliki daya tahan tinggi dan elastisitas yang kuat. Struktur kepekatan yang rendah Low Density pada bahan PE ini menyebabkan plastik memiliki daya lentur yang kuat sehingga dapat menerima daya tarik/regang besar saat digunakan, sehingga cocok untuk kemasan industri alat-alat berat seperti komponen suku cadang, otomotif, elektronik, mebel maupun industri yang menggunakan cairan misalnya bahan kimia, perikanan dan lain lain. Tipe plastik ini umumnya tersedia di pasaran dalam beragam ukuran dengan menggunakan bahan Low-Linear Density PolyEthylene LLDPE, di mana tampilan fisik sedikit kurang jernih/mengkilap dibandingkan kualitas LDPE yang sesungguhnya. Bahan LLDPE ini pada umumnya dipilih produsen kantung plastik atas dasar pertimbangan harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat namun dengan kualitas daya tahan yang tetap terjaga. – HDPE High Density PolyEthylene Kantong Plastik HD yang memiliki struktur kimiawi HDPE High Density PolyEthylene merupakan jenis kantong plastik yang memiliki daya tahan terhadap panas tinggi. Kemampuan ini disebabkan karena struktur kepekatan high density pada molekul polymer plastik tersebut. Kantong Plastik HD umumnya terbagi tiga kategori yakni Kantong HD polos polybag Kantong HD kresek shopping bag. Kantong HD sampah disposal bag KANTONG HD POLOS HD polybag Kantong Plastik HD polos polybag lazimnya aman untuk digunakan sebagai kemasan untuk makananfood grade. Karena kemasan ini juga dapat digunakan sebagai wadah menampung kuah panas, kantong ini dikenal dengan nama Plastik HD Anti Panas. HD ATP . – OPP OverHeated PolyPropylene Kantong Plastik OPP dikenal karena kejernihannya yang seperti kaca – sehingga sering disebut plastik kaca – berguna untuk mengemas produk-produk yang hendak ditampilkan bentuk & warnanya sehingga menarik. Kemasan ini sering dijumpai dalam wadah pembungkus roti, pakaian kemeja, kartu undangan, boneka, piringan cakram CD, alat tulis, dan produk-produk barang jadi yang hendak ditampilkan lebih menawan. O Polipropileno PP e o PVC são materiais versáteis, que podem ser moldados, e que são recicláveis. Primeiro, o PVC Policloreto de Vinila é um termoplástico à base de eletrólise de eteno e de sendo os dois principais elementos em sua seja, isso o torna mais versátil do que outros materiais feitos totalmente com derivados do petróleo. Além disso, ainda existem outras substâncias adicionadas ao PVC. O que dá origem a materiais diferentes e específicos, que vai de acordo ao uso isso, esse material se aplica em vários produtos, como calçados, couros sintéticos, conexões e tubos, entre como, o PP também é um termoplástico, que apesar de ser moldável em altas temperaturas, é um plástico mais rígido e que, o PVC, é altamente versátil, porém as suas propriedades térmicas, químicas e elétricas fazem com que ele possa ser aplicado em vários exemplo, aplicado em peças que precisam de dobras no próprio como estojos para óculos ou tampas polímero é feito através de injeção, extrusão, termoformagem e outros isso, devido a alta demanda do PP e do PVC no mundo, em quase todos os setores industriais, cabe entender as diferenças entre a diferença entre Polipropileno e PVC?De antemão, uma das principais diferenças entre eles se dá na PP é um dos polímeros mais neutros. Logo, quando queimado, ele gera dióxido de carbono e água, sendo assim, ele pode ser considerado um plástico mais outro lado, o PVC tem grandes quantidades de cloro em sua composição, que, em contrapartida, torna o plástico mais PVC pode alterar suas características para se adaptar a aplicações que exigem rigidez, como em canos e tubulações. Por isso, este polímero é mais demandado no setor da construção disso, o plástico também está presente em produtos hospitalares, pisos e revestimentos, brinquedos e o PP, devido ser dobrável com maior facilidade, se aplica a outros segmentos, como o PP no dia a dia nas embalagens flexíveis, sacos para grãos e fertilizantes, copos plásticos, tampas de refrigerantes, autopeças e acontece a reciclagem destes polímeros?Sobretudo, o PVC é um material que pode ser reciclado várias vezes por causa da sua composição química. Logo, existem três tipos de reciclagem para o PVC, que são a química, energética e mecânica. Na reciclagem química, o material vai voltar a ser matéria petroquímica, e assim ele pode ser usado novamente na na reciclagem energética, o calor intrínseco é retirado do PVC, e ele vai se transformar em energia elétrica. Na reciclagem mecânica, o material se transforma em um novo PVC, sem processo químico. Isto é, após a lavagem, o PVC é moído, e entra em uma máquina e assim ele é suma, o processo de reciclagem do PP é o mais breve possível. Isso porque, o material é mais neutro, como já reciclagem do PP consiste na coleta e separação do material, o material é lavado retirando resíduos indesejados e depois passa pela revalorização e vantagem do processo de reciclagem do PP se dá por ser relativamente barato e rápido. Portanto, garante inúmeras aplicações, nas mais diferentes indústrias, partindo de um processo simples e de alto estar sempre informado sobre a indústria do plástico? Preencha o nosso formulário para receber novidades e conteúdo de qualidade do mercado plástico. Tahukah Anda bahwa ada banyak jenis plastik di dunia ini? Yap, banyaknya jenis plastik itu bisa Anda pilih sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Meskipun ada banyak kesamaan di antara jenis-jenisnya, namun bukan tidak mungkin untuk memilih salah satu yang paling cocok, bukan?Berikut ini panduan tanya jawab yang bisa membantu Anda mengetahui perbedaan dari kedua jenis plastik, yaitu HDPE high density polyethylene dan PP polypropylene.Apakah PP sama dengan HDPE?Tidak. Keduanya memiliki perbedaan, PP merupakan polimer termoplastik, yaitu polimer plastik serbaguna yang akan melunak ketika dipanaskan, dan akan mengeras saat didinginkan. Artinya, PP mempertahankan integritasnya, bahkan setelah didinginkan dan dipanaskan beberapa kali. Ketika dipanaskan sampai titik lelehnya, PP akan meleleh menjadi bentuk Juga LDPE dan HDPE, Apa Persamaan dan Perbedaannya?PP sendiri terdiri dari monomer propylene, PP adalah bahan yang umum digunakan untuk kemasan, suku cadang, otomotif, dan tekstil. Nah, yang membedakan PP dari HDPE adalah kepadatannya, suhu, dan ketahanannya terhadap UV. PP memiliki densitas yang lebih rendah daripada HDPE. Oleh karena itu, paling baik mengaplikasikan HDPE pada cetakan dengan bobot lebih rendah. Titik lelehnya berkisar antara 266 dan 340 derajat PP ataupun HDPE, sama-sama memberikan ketahanan kimia dan ketahanan UV yang baik. Namun, PP memerlukan stabilisasi melalui aditif. Jadi, HDPE mungkin lebih disukai di banyak industri, karena ketahanannya yang lebih baik terhadap UV, yang merupakan karakteristik membedakan antara plastik HDPE dan PP?Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, HDPE dan PP memiliki banyak kesamaan, seperti kepadatan, kontrol suhu, ketahanan UV, dan lainnya. Nah, yang bikin bingung untuk membedakan kedua bahan tersebut adalah saat pengadaan bahan untuk manufaktur atau proyek memutuskan antara HDPE dan PP itu ternyata bisa dibedakan dengan mudah. Hasil akhir dari kedua bahan tersebut sangat mencolok perbedaannya. Untuk alasan ini, penting untuk Anda memahami apa yang memisahkan HDPE dan PP, serta manfaat yang melekat pada masing-masing bahan untuk proyek bisnis plastik HDPEHDPE adalah plastik serbaguna yang dikenal karena manfaatnya yang unik. Berkat daya tahan dan kekuatan bahannya, HDPE biasanya digunakan untuk membuat wadah kemasan, seperti botol susu dan air minum. Di mana, kendi seberat 60g bisa secara efektif menahan lebih dari satu galon cairan tanpa mengubah bentuk HDPE juga bisa tetap fleksibel. Contohnya, kantong plastik. HDPE bisa menjadi pilihan ideal bagi Anda yang mencari plastik dengan kekuatan besar yang bisa menahan berbagai faktor tekanan yang berbeda. Karena, HDPE ini bisa kaku dan bisa juga dikenal karena ketahanannya terhadap jamur, lumut, dan korosi. Oleh karena itu, HDPE cocok digunakan untuk berbagai aplikasi sanitasi, dan untuk penggunaan konstruksi. Selain itu, HDPE juga bisa mempertahankan bobot idealnya dibandingkan dengan jenis plastik lain. HDPE lebih stabil, padat, dan plastik PPPP sangat cocok untuk pengaplikasian injeksi, namun itu bukan satu-satunya manfaatnya, ya. PP digunakan dalam segala hal, mulai dari cetakan injeksi bahan bakar, suku cadang otomotif, tali, karpet, dan beberapa jenis Juga Desain Tangki PenyimpananBisa dibilang, PP merupakan bahan komersial dengan harga terjangkau. Bahan ini juga tahan terhadap bahan kimia, seperti basa dan asam. Selain itu, PP juga merupakan bahan yang lebih ringan dibandingkan jenis plastik lainnya. Hal ini membuatnya cocok diaplikasikan untuk wadah atau tekstil yang bisa digunakan berulang plastik HDPE atau PP merupakan bahan yang tepat untuk bisnis saya?Baik plastik HDPE dan PP sama-sama memiliki manfaat yang besar. Selain mudah dibentuk, keduanya praktis dan tahan benturan. Selain itu, HDPE dan PP dianggap tahan panas dan rendah dalam hal toksisitas terhadap juga sama-sama bisa didaur ulang. Cocok bagi Anda yang bergerak dalam bisnis dengan kesadaran lingkungan tinggi. Karena kekuatannya, keduanya juga sama-sama cocok digunakan untuk keseluruhan, ada keuntungan yang terkait dengan penggunaan HDPE dan PP yang ingin dilihat oleh bisnis sebelum Anda membuat keputusan akhir. Melakukan riset mengenai kedua bahan di atas bisa membuat Anda yakin manakah bahan yang paling baik untuk bisnis Anda antara plastik HDPE dan Juga Cara Memilih Tangki Penyimpanan Bahan Kimia Chemical Storage Tank!Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan Anda. Jika anda tertarik untuk memahami lebih lanjut tentang produk tangki kimia custom, tangki industrial dan tangki mixer dari material High Density Polyethylene HDPE dan Polypropylene PP jangan ragu untuk hubungi kami di enquiry Aspal dapat dimodifikasi dengan menambahkan berbagai jenis aditif. Salah satu aditif yang biasa digunakan adalah berupa polimer seperti Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE. Penambahan polimer biasanya meningkatkan kekakuan aspal dan meningkatkan kerentanan suhu. Peningkatan kekakuan aspal akan meningkatkan ketahanan campuran terhadap rutting dari suhu dan cuaca yang panas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatkan limbah plastik PP dan HDPE sebagai campuran pada beton aspal Laston_WC dengan menggunakan parameter Marshall. Parameter Marshall yang digunakan yaitu stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan MQ. Prosentase PP dan HDPE yang digunakan sebagai campuran aspal sebesar 0%, 2%, 4% dan 6% dari berat aspal yang digunakan. Hasil uji Marshall menunjukkan bahwa nilai stabilitas, flow, VFA dan MQ memiliki kecenderungan mengalami peningkatan dengan bertambahnya prosentase kadar PP dan HDPE yang digunakan. Tetapi, nilai VIM dan VMA memiliki kecenderungan menurun dengan bertambahnya prosentase PP dan HDPE. Hal ini dapat dilihat bahwa pengaruh penambahan PP pada campuran aspal beton akan memberikan nilai karakterisk Marshall yang lebih baik dari campuran aspal beton dengan HDPE. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Versi online Perbandingan Penggunaan Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE pada Campuran Laston_WC 11 PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLYPROPILENE PP DAN HIGH DENSITY POLYETHYLENE HDPE PADA CAMPURAN LASTON_WC Comparison Of Utilization Polypropilene PP And High Density Polyethylene HDPE On Laston_WC Mixture Anita Rahmawati1 1Program Studi Teknik Sipil, Fakulas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Bantul 55183, Yogyakarta Indonesia. Alamat korespondensi email anita_ygy Abstract Aspalt can be modified by adding different types of additive. One of these additives is the polymers such as Polypropilene PP and High Density Polyethylene HDPE. The addition of polymers typically increases the stiffness of the aspalt and improves its temperature susceptibility. Increased stiffness improves the rutting resistance of the mixture in hot climates and allows the use of relatively softer base aspalt, which in turn,provides better low temperature performance. This study was conducted to determine the effect of utilizing PP and HDPE as a mixture of asphalt concrete in wearing course Laston_WC using Marshall design parameters. The parameters assessed are the stability, flow,VIM,VMA, VFA and MQ. The percentage of PP and HDPE as asphalt mixture is 0%, 2%, 4% and 6% by weight of the asphalt. The result of Marshall test showed that the value of stability, flow, VFA and MQ have tendencey to increase with incresing of percentage of PP and HDPE. But, the value of VIM and VMA have tendency to decrease with incresing of percentage of PP and HDPE. It can be seen that effect of addition PP on aspalt mixture provide the value of Marshall characteriscs are better than aspalt mixture with HDPE. Keywords HDPE, Laston, Marshall, PP Abstrak Aspal dapat dimodifikasi dengan menambahkan berbagai jenis aditif. Salah satu aditif yang biasa digunakan adalah berupa polimer seperti Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE. Penambahan polimer biasanya meningkatkan kekakuan aspal dan meningkatkan kerentanan suhu. Peningkatan kekakuan aspal akan meningkatkan ketahanan campuran terhadap rutting dari suhu dan cuaca yang panas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatkan limbah plastik PP dan HDPE sebagai campuran pada beton aspal Laston_WC dengan menggunakan parameter Marshall. Parameter Marshall yang digunakan yaitu stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan MQ. Prosentase PP dan HDPE yang digunakan sebagai campuran aspal sebesar 0%, 2%, 4% dan 6% dari berat aspal yang digunakan. Hasil uji Marshall menunjukkan bahwa nilai stabilitas, flow, VFA dan MQ memiliki kecenderungan mengalami peningkatan dengan bertambahnya prosentase kadar PP dan HDPE yang digunakan. Tetapi, nilai VIM dan VMA memiliki kecenderungan menurun dengan bertambahnya prosentase PP dan HDPE. Hal ini dapat dilihat bahwa pengaruh penambahan PP pada campuran aspal beton akan memberikan nilai karakterisk Marshall yang lebih baik dari campuran aspal beton dengan HDPE. Kata kunci HDPE, Laston, Marshall, PP PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dalam beberapa dekade terakhir berbanding lurus dengan peningkatan jumlah konsumsi berbagai sumber daya alam. Salah satunya adalah polimer atau plastik. Plastik telah menjadi salah satu kebutuhan dalam kehidupan kita. Jumlah penggunaan plastic ini meningkat sebesar 24,4% selama kurun waktu 4 tahun. mencatat Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 12 Februari 2017, Hal. 11 - 19 konsumsi plastik di dunia pada tahun 2010 mencapai angka 562,2 miliar pon atau setara dengan 255 miliar kilogram. Biasanya limbah plastik itu terbuang percuma atau didaur ulang untuk dibuat berbagai kerajinan. Padahal sebenarnya ada manfaat lain dari limbah plastik tersebut. Salah satunya untuk konstruksi, seperti konstruksi perkerasan jalan. Konstruksi perkerasan jalan lentur tidak akan bisa lepas dari penggunaan aspal sebagai bahan pengikatnya. Saat ini sudah banyak aspal modifikasi dengan menambahkan berbagai jenis aditif yang berupa polimer. Beberapa polimer yang sudah sangat familier dan biasa kita gunakan adalah polypropylene PP, Polyethylene PE, Low Density Polyethylene LDPE, High Density Polyethylene HDPE,dll. Penambahan polimer bisa meningkatkan kekakuan dari aspal. Peningkatan kekakuan akan meningkatkan kualitas perkerasan terhadap rutting terutama pada musim panas dengan temperatur yang cukup tinggi. Catt, 2004, . Coplantz, et al., 1993. Penggunaan HDPE dalam Chip Sealing juga bisa meningkatkan skid resistance dari perkerasan jalan sehingga bisa menurunkan rasio kecelakaan sekitar % yang diakibatkan oleh kondisi permukaan jalan yang licin pada saat hujan Rahmawati, 2010. Pemanfaatan limbah plastik untuk perkerasan jalan yang sering dilakukan di antaranya limbah plastik sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas aspal asphalt modifier seperti yang dilakukan oleh Al-Hadidy dan Qiu 2008. Dalam penelitian tersebut, digunakan low density polyethylene LDPE yang dicampurkan dalam aspal dengan komposisi 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan LDPE dapat meningkatkan angka stabilitas campuran perkerasan jalan. Al-Hadidy dan Qiu 2009 juga telah melakukan penelitian tentang evaluasi perkerasan jalan dengan memodifikasi aspal yang ditambahkan polypropylene. Salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penambahan polypropylene pada aspal dapat meningkatkan stabilitas campuran bahan perkerasan jalan. Selain dapat dilaksanakan dengan biaya yang murah, penggunaan limbah plastik ini dapat mengurangi masalah lingkungan yang timbul akibat meningkatnya limbah plastik tiap tahunnya. Melalui aspal modifikasi ini diharapkan dapat menghasilkan suatu alternatif baru dalam meningkatkan kinerja dari perkerasan jalan. Rahmawati dan Rizana 2013 telah melakukan penelitian tentang penggunaan limbah polypropylene PP sebagai pengganti agregat. Dari studi tersebut didapatkan bahwa penggunaan PP bias meningkatkan stabilitas, flow, VIM dan VMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat-sifat fisik plastik PP dan HDPE yang digunakan sebagai campuran aspal pada perkerasan jalan, serta mengevaluasi kinerja campuran laston_WC dengan aspal modifikasi plastik PP dan HDPE. METODE PENELITIAN Limbah plastik yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengganti sebagian aspal yang digunakan. Pengujian aspal dan agregat yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari Bina Marga 1995 dan Bina Marga 1996. Tahapan penelitian mengikuti langkah sebagai berikut  Tahapan persiapan Persiapan bahan meliputi kegiatan pengadaan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain agregat kasar, agregat halus, aspal dan plastik HDPE dan PP. Agregat kasar dan halus didapatkan dari toko material PD. Soruso Jaya Abadi Yogyakarta, sedangkan untuk plastik HDPE dan PP didapatkan dari pabrik plastik Yu Ping di Solo, Jawa Tengah. Alat-alat yang digunakan untuk pengujian agregat kasar, agregat halus, aspal dan biji plastik, serta benda uji Marshall harus dalam kondisi bersih, baik dan terkalibrasi.  Pengujian bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat kasar, agregat halus, aspal dan plastik HDPE dan PP yang terlebih dahulu dilakukan pengujian sesuai dengan metode pengujian yang digunakan. Adapun untuk pengujian plastik HDPE dan PP, meliputi berat jenis dan titik leleh. Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 Perbandingan Penggunaan Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE pada Campuran Laston_WC 13  Perencanaan campuran Kadar aspal optimum yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 6,5% dari total campuran, sedangkan kadar plastik yang direncanakan sebesar 0%, 2%, 4% dan 6% dari kadar aspal yang digunakan. Kemudian plastik yang sudah ditimbang dilelehkan dalam wadah yang berbeda dengan wadah aspal. Setelah plastik meleleh, kemudian dicampurkan kedalam aspal yang sedang dipanaskan dan diaduk sampai plastik dan aspal tercampur merata.  Pembuatan benda uji Pada tahapan ini, agregat ditimbang sesuai dengan perencanaan gradasi setiap nomor saringan atau fraksinya. Misalnya jumlah agregat yang tertahan saringan No. 4 sebanyak 25% dari total berat agregat 1200 gram atau sebanyak 300 gram. Setelah dilakukan penimbangan, lalu agregat dipanaskan hingga suhu 160°C, lalu dicampur dengan aspal yang telah ditambahkan plastik sesuai kadar yang direncanakan, yakni 0%, 2%, 4% dan 6% dari total berat aspal. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan untuk ditumbuk sebanyak 2×75 kali. Benda uji dibuat sebanyak dua 2 buah untuk setiap kadar plastik yang digunakan.  Pengujian benda uji Pengujian benda uji dengan menggunakan Alat Uji Marshall. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring yang digunakan untuk mengukur nilai stabilitas dan flow meter yang digunakan untuk mengukur kelelehan flow. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat dan aspal ditunjukkan dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa agregat yang digunakan pada penelitian ini, memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SNI 03-1969-1990 dan SNI 03-2417-1991, sehingga agregat tersebut dapat digunakan sebagai bahan dasar campuran aspal dari penelitian ini. Hasil Pengujian Aspal Aspal yang digunakan merupakan aspal dengan penetrasi tinggi 80/100 murni. Pemeriksaan aspal penetrasi sebagai dasar dari penelitian aspal campuran plastik harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar menurut Departemen Pekerjaan Umum DPU, 2006 yang telah ditetapkan dapat dilihat dalam Berdasarkan hasil pada Tabel 2, menunjukkan bahwa pengujian penetrasi rata-rata adalah 85 per 0,1 mm. Hasil ini masih berada dalam batas untuk aspal penetrasi 80/100 yaitu antara 80-99. Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan daktilitas yang bertujuan untuk mengukur fleksibilitas aspal yang digunakan. Menurut persyaratan dari SNI 06-2432-1991, nilai minimal untuk daktilitas adalah 100 cm dan hasil pemeriksaan daktilitas didapat sebesar 103 cm, sehingga aspal yang digunakan memenuhi syarat. Hasil Pengujian PP dan HDPE Pemeriksaan terhadap sifat fisik plastik PP dan HDPE ditunjukkan dalam Tabel 3. Dari hasil pengujian bisa dilihat bahwa hasil pengujian berat jenis dari plastik PP dan HDPE sebesar 0,901 gr/cm3 dan 0,965 gr/. Selain itu besarnya nilai titik leleh untuk plastik PP sebesar 1420C, sedangkan untuk plastik HDPE sebesar1340C. Tabel 1. Hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 14 Februari 2017, Hal. 11 - 19 Lanjutan Tabel 1. Hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus Tabel 2. Hasil pengujian aspal 80/100 Penetrasi, 250C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm Tabel 3. Hasil pengujian PP dan HDPE Hasil Pengujian Aspal-PP dan Aspal-HDPE  Penetrasi Pemeriksaan terhadap penetrasi pada campuran aspal plastik PP dan HDPE dengan kadar plastik 0%, 2%, 4%, dan 6% ditunjukkan dalam Tabel 4 dan Gambar 1. Tabel 4. Hasil pengujian penetrasi Gambar 1. Grafik hubungan penetrasi aspal-plastik terhadap kadar plastik dalam aspal Dari grafik pengujian penetrasi di atas terlihat bahwa setelah menambahkan kadar plastik PP 2%, 4%, 6% dan HDPE 2%, 4%, dan 6% pada campuran aspal, nilai penetrasi yang dihasilkan cenderung mengalami menurun. Hal ini terjadi karena plastik PP dana HDPE termasuk ke dalam jenis polimer yang memiliki sifat yang mampu menahan beban namun tetap elastis. Semakin banyak kadar plastik yang ditambahkan, semakin rendah penetrasi yang dihasilkan hal ini dikarenakan dengan semakin banyaknya kadar plastik yang ditambahkan, akan mengakibatkan campuran aspal-plastik menjadi lebih keras. Apabila dibandingkan dari kedua jenis campuran plastik yang ditambahkan, nilai penetrasi campuran aspal-HDPE mempunyai nilai penetrasi lebih tinggi dari pada Aspal-PP, hal ini dikarenakan plastik HDPE mempunyai titik leleh yang lebih rendah sehingga lebih lunak bila dicampur dengan inilah yang mengakibatkan aspal-HDPE mempunyai nilai penetrasi yang lebih tinggi. Standar nilai penetrasi untuk aspal modifikasi antara 50-80 mm, sehingga dari nilai penetrasi yang didapat baik untuk aspal 0204060801000% 2% 4% 6%Penetrasi Kadar plastik dalam aspal Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 Perbandingan Penggunaan Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE pada Campuran Laston_WC 15 modifikasi PP dan HDPE memenuhi standar yang disyaratkan.  Titik Lembek Pada pengujian titik lembek aspal tanpa campuran dan dengan campuran PP dan HDPE menghasilkan nilai seperti yang terdapat pada Tabel 5. Pengujian ini berdasarkan SNI-06-2434-1991. Nilai titik lembek yang dihasilkan ini telah memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2007 yang menetapkan persyaratan titik lembek untuk material aspal campuran sebesar 480C – 580C. Tabel 5 dan Gambar 2. menunjukkan hasil pengujian tititk lembek aspal plastik PP dan HDPE. Tabel 5. Hasil pengujian titik lembek Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pengujian titik lembek yang diperoleh dari pengujian meningkat seiring dengan penambahan plastik dalam campuran aspal. Hal ini terjadi karena plastik mempunyai sifat high temperature resistance, daya tahan panas sampai suhu 1200C. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa titik lembek untuk aspal-PP lebih tinggi daripada titik lembek aspal-HDPE, hal ini dikarenakan material plastik PP mempunyai nilai titik leleh lebih tinggi daripada material plastik HDPE. Gambar 2. Grafik hubungan titik lembek aspal plastik terhadap kadar plastik dalam aspal Hasil Pengujian Marshall  Stabilitas Nilai stabilitas digunakan sebagai parameter untuk mengukur ketahanan terhadap kelelehan plastis dari suatu campuran aspal atau kemampuan campuran untuk menahan deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas. Nilai stabilitas untuk masing-masing campuran dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3. Tapkin 2006 telah melakukan studi tentang pengaruh serat polypropylene terhadap performa aspal. Dari studi tersebut didapatkan penambahan serat polypropylene terhadap aspal dapat meningkatkan angka stabilitas. Tabel 6. Nilai Stabilitas Nilai Stabilias Campuran kg Gambar 3. Grafik hubungan stabilitas campuran terhadap variasi kadar plastik dalam aspal Dari grafik terlihat bahwa penambahan plastik PP dan HDPE pada campuran beraspal dapat meningkatkan nilai stabilitas campuran untuk campuran laston. Campuran aspal dengan plastik PP mempunyai nilai stabilitas yang lebih tinggi daripada nilai stabilitas pada campuran aspal dengan HDPE, hal ini disebabkan karena nilai penetrasi dari aspal dengan PP lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai penetrasi aspal dengan HDPE. Pada campuran laston nilai stabilitas tertinggi dicapai pada campuran HDPE dan PP sebanyak 6% yakni sebesar 2644 kg dan 2700 kg. Berdasarkan Bina Marga RSNI-03-1737-1989, persyaratan untuk nilai stabilitas yaitu minimal 1000 kg, sehingga dari campuran-campuran tersebut memenuhi syarat minimal untuk stabilitas. Semakin bertambahnya kadar plastik yang digunakan, maka akan semakin rendah penetrasi yang dihasilkan. Nilai penetrasi 0500100015002000250030000% 2% 4% 6%Nilai Stabilitas kg Kadar plastik dalam aspal PPHDPE404550556065700% 2% 4% 6%titik lembek Kadar plastik dalam aspal PEHDPE Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 16 Februari 2017, Hal. 11 - 19 yang rendah mengakibatkan nilai stabilitas yang didapat tinggi, sehingga akan menyebabkan perkerasan akan menjadi kaku dan mudah retak akibat beban lalu lintas. Demikian pula sebaliknya, jika nilai stabilitas yang dihasilkan terlalu rendah kan menyebabkan mudahnya terjadi deformasi.  Kelelehan Kelelehan menunjukkan deformasi benda uji akibat pembebanan. Nilai kelelehan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gradasi, kadar aspal, bentuk dan permukaan agregat. Nilai ini langsung dapat dibaca dari pembacaan arloji kelelehan flow saat pengujian Marshall. Nilai flow pada arloji dalam satuan inch, maka harus dikonversikan dalam satuan millimeter. Hasil kelelehan ditunjukkan dalam Tabel 7 dan Gambar 4. Tabel 7. Nilai Kelelehan Nilai Kelelehan Campuran kg Penggunaan PP dan HDPE dalam campuran laston cenderung menaikkan nilai kelelehan. Semakin banyak kadar plastik yang digunakan dalam campuran aspal akan mengakibatkan mengentalnya campuran aspal-plastik, hal ini lah yang menjadi penyebab mengapa hasil kelelehan flow meningkat dengan bertambahkan kadar plastik yang dicampurkan. Gambar 4. Grafik hubungan kelelehan campuran terhadap variasi kadar plastik dalam aspal Nilai kelelehan campuran aspal-PP kecenderungannya lebih rendah bila dibandingkan dengan campuran aspal-HDPE, hal ini dikarenakan PP mempunyai nilai penetrasi yang lebih rendah dari pada plastik HDPE sehingga pastik PP mempunyai karakteristik fisik yang lebih keras dari plastik PP. Nilai kelelehan yang disyaratkan tidak boleh lebih kecil dari 3 mm, sehingga dari nilai kelelehan yang dihasilkan semua memenuhi spesifikasi.  Void in the mix VIM Nilai VIM menunjukan nilai persentase rongga dalam suatu campuran aspal. Nilai VIM berpengaruh terhadap nilai dari durabilitas, semakin besar nilai VIM menunjukan campuran bersifat keropos porous. Proses ini mengakibatkan udara dan air mudah masuk ke dalam lapis perkerasan sehingga berakibat meningkatkan proses oksidasi yang dapat mempercepat penuaan aspal. Spesifikasi dari VIM berkisar antara 3%-6%. Hasil nilai VIM ditunjukkan pada dan Gambar 5 Tabel 8. Nilai VIM Gambar 5. Grafik hubungan VIM terhadap variasi kadar plastik dalam aspal Dari grafik terlihat bahwa penambahan pastik PP dan HDPE pada campuran laston dapat menurunkan nilai VIM. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya kadar plastik yang digunakan, akan semakin mengisi rongga-rongga di dalam campuran laston. Nilai VIM yang sangat kecil mengakibatkan lapisan kedap air dan udara tidak bias masuk ke dalam campuran Penggunaan aspal yang cukup banyak mempengaruhi nilai VIM yang 2% 4% 6%Kelelehan% Kadar plastik dalam aspal PPHDPEBatas Minimun 2% 4% 6%VIM % Kadar plastik dalam aspal PPHDPEBatas Minimun VIM Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 Perbandingan Penggunaan Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE pada Campuran Laston_WC 17 kecil. Jika nilai VIM kecil serta kadar aspal yang digunakan cukup tinggi, maka kemungkinan terjadinya bleeding besar. Dari hasil yang didapat dalam Tabel 8 dapat dilihat bahwa campuran aspal dengan plastik PP lebih cenderung memberikan hasil VIM lebih tinggi bila dibandingkan dengan campuran aspal dengan HDPE, hal ini dikarenakan plastik PP lebih tinggi titik lelehnya dibanding plastik HDPE, sehingga aspal yang dicampur dengan plastik PP akan lebih kental pada saat dicampur dengan suhu tertentu sehingga lebih susah masuk ke rongga-rongga dalam campuran.  Void in mineral aggregate VMA VMA adalah volume rongga yang terdapat di antara partikel agregat suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan. VMA atau yang lebih dikenal dengan rongga dalam agregat merupakan salah satu parameter penting dalam rancangan campuran aspal, karena pengaruhnya terhadap ketahanan dari campuran aspal. VMA menunjukkan banyaknya % aspal dari rongga yang terisi aspal. Nilai hasil pengujian VMA ditunjukkan pada Tabel 9 dan Gambar 6. Tabel 9. Nilai VIM Gambar 6. Grafik hubungan VMA terhadap variasi kadar plastik dalam aspal Dari hasil analisis, semakin bertambahnya kadar plastik PP dan HDPE yang digunakan dalam campuran akan memberikan nilai VMA yang semakin menurun, hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya kadar plastik sebagai bahan campuran aspal ke dalam campuran laston, memberikan pengaruh terhadap berat isi campuran yang nilainya cenderung bertambah dan mengakibatkan penurunan nilai VMA. Nilai VMA yang disyaratkan sebesar 15%, dari hasil pengujian menunjukkan bahwa semua data masuk spesifikasi yang disyaratkan.  Void fill with aspalt VFA VFA adalah volume rongga yang terisi oleh aspal. Rongga ini dalam kondisi kering akan diisi oleh udara dan dalam kondisi basah akan diisi oleh air. Kriteria VFA bertujuan untuk menjaga keawetan campuran beraspal dengan memberi batasan yang cukup. Hasil nilai VFA dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 7 Tabel 10 . Nilai VFA Gambar 7. Grafik hubungan VFA terhadap variasi kadar plastik dalam aspal Penggunaan plastik PP dan HDPE sebagai bahan campuran pada aspal cenderung meningkatkan nilai VFA seperti yang terlihat di grafik di atas. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya kadar plastik sebagai bahan campuran aspal pada campuran laston, akan mengakibatkan semakin mengecilnya rongga dalam campuran akibat semakin meningkatnya rongga-rongga yang terisi oleh aspal. Nilai minimal VFA sesuai dengan spesifikasi yang ada sebesar 65%, sehingga dari hasil pengujian yang 2% 4% 6%VMA % Kadar plastik dalam aspal PPHDPEBatas Minimun VMA556065707580850% 2% 4% 6%VFA % Kadar plastik dalam aspal PPHDPEBatas Minimun VFA Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 18 Februari 2017, Hal. 11 - 19 didapatkan menunjukkan bahwa nilai VFA memenuhi standar. Perbandingan nilai VFA untuk campuran dengan plastik PP dan plastik HDPE menunjukkan bahwa campuran dengan plastik HDPE memberikan nilai VFA lebih besar dari pada campuran dengan plastik PP, hal ini dikarenakan nilai VIM untuk campuran aspal dengan plastik HDPE lebih rendah daripada nilai VIM dengan campuran aspal plastik PP sehingga rongga yang terisi aspal untuk campuran plastik dengan HDPE juga lebih tinggi jika dibandingankan campuran aspal-PP.  Marshall Quotient MQ dihitung sebagai rasio dari stabilitas terhadap kelelehan yang digunakan sebagai indikator kekakuan campuran. Semakin tinggi nilai MQ suatu campuran, maka semakin kaku campuran tersebut. Semakin rendah nilai MQ suatu campuran, maka resiko yang memungkinkan adalah retak permukaan dan pergerakan horizontal pada arah perjalanan. Hasil untuk pengujian MQ tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Dari Gambar 8 terlihat bahwa penambahan PP dan HDPE pada campuran laston cenderung menaikkan nilai MQ. Pada grafik di atas menunjukkan bahwa semua campuran laston untuk berbagai variasi penggunaan PP maupun HDPE memenuhi syarat yang ditetapkan untuk nilai MQ yaitu lebih dari 250 kg/mm. Tabel 11 . Nilai MQ Gambar 8. Grafik hubungan MQ terhadap variasi kadar plastik dalam aspal Hasil bagi Marshall atau Marshall Quotient MQ adalah perbandingan antara nilai stabilitas dan nilai kelelehan flow yang juga merupakan indikator terhadap kekakuan campuran secara empiris. Tidak ada pembatas spesifikasi sampai dimana besar angka MQ, sehingga dapat dikatakan dengan bertambahnya kadar plastik ke dalam campuran akan memperbaiki konstruksi tersebut dari segi MQ. Perbandingan nilai MQ untuk campuran aspal-PP dan aspal-HDPE menjukkan bahwa campuran aspal-PP memberikan nilai MQ yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan nilai stabilitas dari campuran aspal-PP lebih tinggi dari campuran aspal-HDPE. KESIMPULAN Penggunaan PP dan HDPE pada jenis ini memberikan pengaruh pada campuran laston terhadap berbagai karakteristik Marshall yakni  Nilai stabilitas, kelelehan dan VFA yang cenderung mengalami peningkatan, sedangkan nilai Flow, VIM, VMA dan MQ yang cenderung mengalami penurunan.  Nilai Stabilitas, VIM dan MQ untuk campuran aspal-PP memberikan nilai yang lebih tinggi daripada campuran aspal-HDPE.  Nilai kelelehan flow, VMA dan VFA campuran aspal-PP lebih rendah daripada campuran aspal-HDPE. 2503504505506507508509500% 2% 4% 6%MQ kg/mm Kadar plastik dalam aspal PPHDPEBatas Minimun MQ Media Teknik Sipil, ISSN 1693-3095 Perbandingan Penggunaan Polypropilene PP dan High Density Polyethylene HDPE pada Campuran Laston_WC 19 DAFTAR PUSTAKA Al-Hadidy, dan Qiu, 2008, Effect of Polyethylene on Life Flexible Pavements, Construction and Building Materials. 1456-1464 Al-Hadidy, dan Qiu, 2009, Mechanistic Approach for Polypropylene-modified Flexible Pavements, Construction and Building Materials, Vol. 301133-1140 Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-1737-1989. Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-1969-1990, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregar agregat kasar Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-2417 19991, Metode Pengujian Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles Badan Standarisasi Nasional, SNI 06-2432-1991, Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan aspal Bina Marga 1995, Syarat Gradasi Bahan pengisi Campuran Aspal, Jakarta. Bina Marga, 1999, Pedoman Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum Catt, 2004. Investigation of polymer modified asphalt by shear and tensile compliances. Material Characterization for Inputs into AASHTO 2002 Guide Session of the 2004 Annual Conf. Transportation Assoc. Canada, Québec City, Québec. Coplantz, et al., 1993. Review of relationships between modified asphalt properties and pavement performance. SHRP-A-631, Strategic Highway Res. Program, National Res. Council Washington, USA. Departemen Pekerjaan Umum 2006, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Laston untuk Jalan Raya, Jakarta. Rahmawati, A 2011, Utilizing High Density Polyethylene HDPE Sinthetic Aggregate as a Chip Sealing Material in Improving Skid Resistance, Jurnal Semesta Teknika Vol 14 No 2, November 2011. Rahmawati, A dan Rizana, R 2013, Pengaruh Penambahan Limbah Plastik Polipropilena sebagai Pengganti Agregat Pada Campuran Laston Terhadap Karakteristik Marshall, UMY, Yogyakarta, Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 KoNTekS 7 Universitas Sebelas Maret UNS - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Tapkin, S., 2007, The effect of Polypropylene fibers on asphalt performance. Building and Environment, Vol. 43 1065-1071 ... Figure 9 shows that the most significant VFA value is 0% plastic ore, and that the lowest value is 7%, The added value of VFA can be slowly reduced by adding HDPE plastic seeds, in line with earlier studies [39]. This results in a modest decline in the VFA, 3% of the control combination, by adding the HDPE plastic seeds. ...... The addition of plastic material satisfies the specified criteria of 65 percent. This high VFA value can penetrate sufficiently into the voids of aggregate particles to establish a stable interfacial adhesion between the aggregate and bitumen surfaces in the asphalt mixture, as shown in the graph [39]. VFB has the primary effect of limiting the maximum VMA and asphalt content [39,40]. ...... This high VFA value can penetrate sufficiently into the voids of aggregate particles to establish a stable interfacial adhesion between the aggregate and bitumen surfaces in the asphalt mixture, as shown in the graph [39]. VFB has the primary effect of limiting the maximum VMA and asphalt content [39,40]. For combinations with a VMA value near to the minimal value, the presence of VFB also reduces the permissible volume of air voids. ...Daud Nawir Achmad zultan MansurPlastic waste processing is a problem that almost several countries in the Asian region are unable to overcome. One of the latest innovations carried out in the field of road pavement construction is mixing HDPE type plastic waste that has been processed into plastic seeds into the asphalt concrete mixture. Previous research has shown that HDPE plastic waste may be reused to improve the physical properties of temperature-sensitive asphalt and improve the stability of asphalt concrete. This study was conducted to determine the effect of using HDPE plastic ore as a mixed additive on the Asphalt Concrete-Wearing Course AC-WC using Marshall parameters. Marshall Parameters used are stability, flow, VIM, VMA, VFA, and MQ. The study was conducted in a laboratory by testing 42 samples with different levels of HDPE plastic seeds, mixed using wet methods to determine Marshall Characteristics. Manufacture of test objects using asphalt type, which has a penetration rate of 60/70. The initial research results showed that the optimal asphalt content OAC is with the percentage content of HDPE plastic seeds around 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 7% compared to asphalt weight. The results showed that the effect of HDPE plastic seed content on the AC-WC mixture increased the value of Marshall Characteristics and met all the requirements of SNI 06-2489-1991. This finding shows that HDPE plastic seeds deserve to be an alternative material for road pavements. Doi Full Text PDF... Hasil pengujian menunjukkan harga stabilitas dari semua variabel campuran plastik memenuhi syarat stabilitas spesifisikasi Bina Marga, yaitu minimal 800 kg. 6. Uji flow kelelehan merupakan suatu pengujian kemampuan aspal beton menerima lendutan berulang akibat pemberian beban, sampai tepat terjadinya kelelehan berupa alur dan retak Sitorus, 2018. Dari hasil pengujian pada diperoleh bahwa dengan penambahan plastik pada pembuatan aspal beton dapat menurunkan nilai flow suatu campuran Rahmawati, 2017. Hasil penelitian menunjukkan harga flow dari semua variabel campuran penambahan plastik memenuhi syarat flow spesifisikasi Bina Marga, yaitu minimal 3 mm Irfansyah et al., 2017. ...Alberth TelehalaJalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah di Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi, terdapat penemuan baru yang berhubungan dengan perkerasan jalan yakni penggunaan bahan plastik LDPE sebagai bahan tambah pengganti aspal. Teknologi baru ini merupakan salah satu solusi bagi Negara kita yang berdasarkan data dari kementerian lingkungan hidup pada tahun 2015 timbunan sampah plastik yang ada di Indonesia mencapai m3 /hari Peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia sudah mulai mengkhawatirkan, karena konsumsi dan pembuangan sampah pun meningkat. Untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari aspal beton, limbah plastik jenis High Density Polyethylene HDPE dan Polypropylene PP dapat dijadikan sebagai bahan aditif untuk aspal. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Plastic Coated Aggregate PCA, yaitu plastik pada kondisi softening pada suhu 160-190 C dicampurkan dengan agregat panas membentuk lapisan yang melapisi agregat. Agregat yang dilapisi dengan plastik kemudian ditambahkan bitumen cair dan ditumbuk dengan mesin penumbuk. Variabel penambahan plastik yang digunakan yaitu 9 %, 11 %, 13 % dan 15 % persen berat terhadap aspal. Untuk Variabel pencampuran plastiknya yaitu 100 % HDPE, HDPE dan PP 5050, dan 100 % PP. Kemudian dilakukan pengujian Marshall, flow, densitas dan stabilitas terhadap aspal yang sudah jadi untuk mengetahui variabel optimum dari penambahan plastik. Hasil uji menunjukkan bahwa semakin banyaknya kadar plastik pada campuran aspal beton, khususnya pada variable plastik campuran, tidak meningkatkan kualitas aspal beton, terutama pada segi stabilitas. Metode PCA memiliki kelebihan pada optimalnya hasil proses pengisian bitumen cair dan plastik ke dalam rongga pada agregat. Hasil pengujian terbaik didapatkan pada variabel pencampuran dengan HDPE 13 % dengan peningkatan nilai Marshall Quotient sebesar 14,1% dari aspal beton tanpa plastik..... Thus far the study about incorporating PP plastic waste into HMA only focused on Marshall characteristic [6,7,8]. In addition, several researchers used Cantabro test to investigated ravelling in hot mix asphalt [9,10]. ...H A SusantoK Merdiana Eva Wahyu IndriyatiOne of the road damages on the flexible pavement is ravelling. Ravelling caused by the release of aggregate grains from the asphalt mixture. The interaction between the wheels of the vehicle and the surface of the pavement causes friction that pushes the aggregate out. The plastic waste on road pavements has been widely used to improve the performance of road pavement structures. Most of previous study focused on Hot Mix Asphalt HMA ravelling using Cantabro test. The purpose of this study was to investigate the ravelling performance of plastic waste material in hot mix asphalt mixtures. In addition, the use of plastic waste can reduce the environmental impact due to the high volume of plastic waste. The test is carried out in the laboratory using a rotation abrasion device based on the principle of rotating wheel load with loading, speed, and testing time parameters. Furthermore, the ravelling resistance value of HMA was obtained in dry and wet conditions. The addition of plastic waste into asphalt can increase the ravelling resistance of HMA mixes. The results of the wet test have greater ravelling resistance than dry test.... It shows that the addition of cotton fiber can lighten the composite material. For comparison, the density of HDPE is g/cm 3 [27] and the density of cotton is g/cm 3 [28]. Therefore, the addition of cotton fibers makes composites more competitive in terms of density. ...The growth of the textile industry and the massive use of plastic-based materials create economic growth, but it produces waste from post-use, such as clothing waste from cotton fabrics and HDPE that can be recycled and combined as composite materials. Therefore, an experiment was carried out to investigate and analyze the effect of the fiber volume fraction of waste cotton fabric 6%, and with straight fiber arrangement on the tensile strength and density. From the test results, a tensile strength of MPa and MPa was obtained for yield and max stress, respectively at a fiber volume fraction of Meanwhile, the highest density of g/cm3 was obtained at fiber volume fraction. The fracture macroscopic view of the specimen shows a resilience fracture uneven and appears stringy. Although the strength of this composite cannot yet compete with the new composite material, it has a decent environmental contribution. Considering the availability of waste cotton fabrics and HDPE, it promises to be produced as a low-strength composite for construction, ornamentation, or coatings.... The use of plastic in the world every year continues to increase. Within 4 years the use of plastic in the world has increased by and in 2010 the use of world plastic reached 225 billion kilograms [1]. Plastic materials have advantages over other materials, that are strong, lightweight, difficult to break, have good formability, and can conduct heat and electricity well. ...Jhosua Arie SwandiIrsyadi YaniThe challenge in waste sorting systems such as plastic bottles is how to identify and classify the types of it. This work aims to build a system of identification and classification of sorting plastic bottles by type. This system uses the Backpropagation method by utilizing a webcam to get colors in the form of Red, Green, and Blue RGB color spaces. As light control, three types of lights are used, blue, red, and yellow. The three types of plastics that will be identified are PET, HDPE, and PP. The conclusion from this work is that the percentage of success is 18%, 28%, and 42 for yellow, blue, and red lighting, respectively.... One of the ways is to modified asphalt mixture with High-Density Polyethylene HDPE. The addition of polymers typically increases the stiffness of the asphalt and improves its temperature susceptibility [2]. This is also useful for reducing environmental problems due to daily use of plastic [3]. ... Eduardi PraharaChesia Claudia HangewaIndonesia needs asphalt mixture with good quality and high resistance against daily heavy traffic. One of the ways is to modified asphalt mixture with High-Density Polyethylene HDPE. This is also useful for reducing environmental problems due to daily use of plastic. This study investigates the performance of asphalt mixture with High-Density Polyethylene HDPE substitution with variants of 0%, 2%, 4% and 6% by asphalt weight in the mixture. In this study, the asphalt mixing process conducted by two methods such as wet and dry method and using the original seeds of High-Density Polyethylene HDPE substitution and chopped High-Density Polyethylene HDPE substitution. The performance of asphalt mixture with High-Density Polyethylene HDPE substitution was analyzed using Marshall test that based on Asphalt Pavement Spesification Bina Marga, 2018 and Cantabro Abrasion Loss CAL test in terms of strength, stiffness, and durability characteristics. Laboratory result showed that asphalt mixture substitution by original seeds of High-Density Polyethylene HDPE with dry method gives the maximum stability that is kg at 6% High-Density Polyethylene HDPE substitution content. But, only in level content of 2-4% High-Density Polyethylene HDPE substitution substitution which qualifying the specification such as Stability, Void In Mixture VIM, Void in Mineral Aggregates VMA, Void Filled with Asphalt VFA, and Marshall Quotient MQ.Hanif Olivia PutriZulkifliDetak Yan PratamaThe damage condition of paved roads in Indonesia will increase as the number of vehicles passing and erratic weather conditions. One way to reduce road damage is to increase the quality of the asphalt mixture. To increase the quality of asphalt can be done by adding additional materials such as plastic waste into the asphalt mixture. In this study, simulated use of neural networks to determine the optimal value and analysis of the influence of plastic waste polypropylene and polyethylene terephthalate to the mechanical and thermal properties of the asphalt. Based on the design of ANN, obtained the output accuracy of 81% for PP and 91% for PET. Based on the results of the test and simulation, the addition of PP and PET plastic waste can reduce the penetration value and the softening point that affects the asphalt resistance to temperature changes, as well as increase the value of stability that affects the maximum load acceptable to the asphalt. The best composition of AC-WC modification that has been by the specifications of Bina Marga for PP is 1% PP and optimum asphalt content, while for PET is PET and 6% optimum asphalt Ridho Reksi Dian Rahayu JatiYulisa FitrianingsihPlastic waste needs attention because it can cause serious problems if not managed properly. Of the various types of plastics, the most widely disposed of to the environment are Polypropylene, Polyethylene Terephthalate, and High-Density Polyethylene which are usually in the form of plastic bags and bottles. This research was conducted to make bricks made of plastic as an alternative material for infrastructure that is economical, strong, and durable, which is seen based on the compressive strength value based on its type, namely PP, PET, and HDPE plastic bricks. The compressive strength testing phase is carried out three times in each type. The selling price of plastic bricks is determined by the Markup pricing method. The process of plastic brick making includes collecting plastic waste, washing, drying, chopping, melting, and printing. Based on the research results, the plastic bricks produced from the types of PET, HDPE, and PP are in the form of blocks with a size of 19 cm x 10 cm x cm, where the PET type brick requires kg of waste, kg of HDPE type, and the type of PP as much as 3 kg. The compressive strength test values for PP, PET, and HDPE plastic bricks have met the compressive strength standards based on SNI 15-2094-2000, with the highest average compressive strength test values found in PP plastic bricks of 246 kg/cm², plastic bricks HDPE type 166 kg/cm², and plastic brick type PET kg/cm². The selling price of plastic bricks without including the purchase price of plastic as raw material for making plastic bricks Scenario I for PP plastic bricks costs PET types and HDPE types While the selling price of plastic bricks by entering the purchase price of plastic as raw material for making plastic bricks Scenario II for PP plastic bricks PET type and HDPE type Compressive Strength, Markup Pricing, Plastic Brick. AbstrakSampah plastik perlu mendapatkan perhatian karena menimbulkan masalah yang serius jika tidak dikelola dengan baik. Dari berbagai jenis plastik, yang paling banyak dibuang ke lingkungan adalah jenis Polypropylene, Polyethylene Terephthalate, dan High Density Polyethylene yang biasanya dalam bentuk kantong dan botol plastik. Penelitian ini dilakukan guna membuat bata berbahan plastik sebagai bahan alternatif infrastruktur yang bersifat ekonomis, kuat dan tahan lama yang dilihat berdasarkan nilai kuat tekan berdasarkan jenisnya, yaitu bata plastik jenis PP, PET, dan HDPE. Tahap pengujian kuat tekan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan di setiap jenisnya. Harga jual bata plastik ditentukan dengan metode Markup pricing. Proses pembuatan bata plastik yaitu pengumpulan sampah plastik, pencucian, penjemuran, pencacahan, pelelehan, dan pencetakan. Berdasarkan hasil penelitian, bata plastik yang dihasilkan dari jenis PET, HDPE, dan PP berbentuk balok dengan ukuran 19 cm x 10 cm x 6,5 cm, dimana bata jenis PET memerlukan sampah sebanyak 5,1 kg, jenis HDPE sebanyak 3,6 kg, dan jenis PP sebanyak 3 kg. Nilai uji kuat tekan pada bata plastik jenis PP, PET, dan HDPE telah memenuhi standar kuat tekan berdasarkan SNI 15-2094-2000, dengan nilai uji kuat tekan rata-rata tertinggi terdapat pada bata plastik jenis PP sebesar 246 kg/cm², bata plastik jenis HDPE 166 kg/cm², dan bata plastik jenis PET 98,7 kg/cm². Harga jual bata plastik tanpa memasukkan harga beli plastik sebagai bahan baku pembuatan bata plastik Skenario I pada bata plastik jenis PP seharga jenis PET dan jenis HDPE Sedangkan harga jual bata plastik dengan memasukkan harga beli plastik sebagai bahan baku pembuatan bata plastik Skenario II pada bata plastik jenis PP jenis PET dan jenis HDPE Kunci Bata Plastik, Kuat Tekan, Markup WiyogoAndi Syaiful AmalAlik Ansyori AlamsyahSalah satu cara meningkatkan mutu campuran beraspal adalah dengan menambah bahan aditif ke dalam aspal. Bahan aditif yang dipilih adalah plastik jenis LDPE. Pemilihan plastik ini karena kemudahan mendapatkan dan sebagai salah satu solusi mengurangi kerusakan lingkungan karena plastik. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk pengelolaan plastik dan menjadi acuan dalam mengamati karakteristik aspal yang diganti sebagian dengan LDPE. Analisa dilakukan dengan cara mencari terlebih dahulu KAO dari campuran aspal pen 60/70 HRS-WC. Dari hasil KAO kadar aspal optimum yang didapatkan, dilakukan substitusi kadar aspal dengan plastik LDPE. Kadar LDPE yang digunakan yaitu 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasil dari 2%, 4%, 6%, dan 8% kadar LDPE dibandingkan dengan kadar LDPE 0%. Dari hasil Analisa yang dilakukan, semakin banyaknya kadar plastik LDPE yang dipakai maka akan semakin mengurangi nilai stabilitas, MQ, dan VFA. Nilai VIM dan VMA semakin meningkat seiring semakin banyaknya kadar LDPE yang dipakai. Pada nilai stabilitas, stabilitas sisa dan MQ mengalami peningkatan pada kadar 2% tetapi mengalami penurunan kembali di kadar 4%, 6% dan 8%.Kerusakan jalan akhir-akhir ini semakin sering terjadi pada lapis perkerasan jalan berupa retak-retak, terkelupasnya agregat, lubang-lubang hingga amblasnya perkerasan jalan. Hal ini dapat terjadi disebabkan tingginya temperatur permukaan jalan, intensitas curah hujan yang sulit diprediksi serta beban lalulintas yang semakin hari semakin bertambah. Aspal modifikasi dibuat dengan menambahkan bahan yang bersifat elastomer seperti karet alam, maupun karet sintetis dan bahan plastik, sehingga dapat meningkatkan sifat-sifat fisik dari aspal seperti elastisitas, ketahanan terhadap temperatur dan dapat meningkatkan stabilitas pada campuran aspal beton. Uji coba pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan pengganti aspal telah dilaksanakan pada jalan nasional di Indonesia maupun di Manca negara, hal ini menimbulkan pro dan kontra dari aktivis lingkungan. Namun menurut beberapa sumber menyatakan bahwa aspal modifikasi ini bisa bertahan di suhu ekstrem - 4,5oC hingga 80oC. Berdasarkan permasalahan di atas akan diteliti, berapa persen limbah plastik HDPE yang efektif ditambahkan pada aspal modifikasi untuk campuran Laston AC-BC agar tahan terhadap cuaca ekstrem. Pengujian dilakukan pada 75 benda uji dengan kadar aspal optimum 5,4 % dan limbah plastik HDPE bervariasi 0%; 2%; 4%; 6% dan 8% terhadap berat aspal. Untuk mengetahui pengaruh suhu dari campuran Laston, sebelum dilakukan Marshall Test, terlebih dahulu benda uji direndam pada suhu 60oC; 70oC; 80oC selama 30 menit dan 60oC selama 24 jam. Berdasarkan Spesifikasi Lapis Perkerasan aspal Bina Marga revisi 3, 2010, limbah plastik HDPE yang dapat ditambahkan pada campuran LASTON AC-BC hanya 2-4 % terhadap berat aspal, yang memenuhi nilai karakteristik Marshall dan tahan terhadap cuaca kunci Limbah plastik HDPE, aspal beton, cuaca ekstrem Recent road damage is increasingly common in pavement layers in the form of cracks, peeling aggregates, holes, until the pavement is inundated. This can happen because the high surface temperature of the road, the intensity of rainfall that is difficult to predict and the traffic load that increasingly day. Asphalt modification is made by adding elastomeric materials such as natural rubber, as well as synthetic rubber and plastic materials, so as to enhance the physical properties of asphalt such as elasticity, resistance to temperature; and can increase the stability of concrete asphalt mixture. Plastic waste utilization trials as asphalt substitute have been implemented on national roads in Indonesia as well as in many countries, leading to the pros and cons of environmental activists. However, some sources have stated that this modified asphalt can survive in extreme temperatures - to 80°C. However, according to some sources stated that this modified asphalt can survive in extreme temperatures - to 80°C. Based on the above issues, it was examined how much the effective percentage of HDPE plastic waste was added to modified asphalt for the Laston mixture AC-BC which was resistant to extreme weather. The test was conducted on 75 specimens with optimum asphalt content of and HDPE plastic waste varied 0%; 2%; 4%; 6% and 8% to asphalt weight. To determine the effect of temperature from the mixture of Laston, before the Marshall Test conducted, the first specimen is immersed at 60°C; 70°C; 80°C for 30 minutes and 60°C for 24 hours. Based on Asphalt Pavement Specification Bina Marga Revision 3, 2010, the HDPE plastic waste that can be added to the LASTON AC-BC mixture is only 2-4% of the asphalt weight, which meets the Marshall characteristics and is resistant to extreme words HDPE plastic waste, concrete asphalt, extreme weather Abdul-Rahim Ibrahim Al-HadidyTan Yi-qiuThe present study investigates the benefits of modifying the asphalt and stone matrix asphalt SMA mixture in flexible pavement. Fifty/sixty penetration grade asphalt cement and four proportion of pyrolisis polypropylene PP were selected. Unmodified and modified asphalt binders were subjected to rheological and homogeneity tests. The performance tests including, Marshall stability, tensile strength and compressive strength were conducted on unmodified and modified SMA mixtures. The regression relationships between the performance tests were obtained. A mechanistic-empirical design approach was used for estimating the improvement in service life of the pavement or reduction in thickness of SMA and base layer for the same service life due to modification the SMA mixtures. The analyses of test results show that the performance of PP-modified asphalt mixtures are better when compared to conventional mixtures. The temperature susceptibility can be reduced by the inclusion of PP in the asphalt mixture. A PP content of 5% by weight of asphalt is recommended for the improvement of the performance of asphalt concrete mixtures similar to that investigated in this study. The results of multi-layer elastic analysis presented herein indicate that the pavement consisting of PP-modified SMA as a surface layer is beneficial in reducing the construction materials. Actual savings would depend upon the option exercised by the designer for reducing the thickness of an individual layer. Abdul-Rahim Ibrahim Al-HadidyTan Yi-qiuThe present study investigates the potential use of pyrolysis low density polyethylene LDPE as a modifier for asphalt paving materials. Five different blends including conventional mix were subjected to binder testing such as rheological tests, as well as to some other tests related to the homogeneity of the system. Further, its effect on the moisture sensitivity and low temperature performance of stone matrix asphalt SMA mixtures was studied. Research results indicate that modified binders showed higher softening point, keeping the values of ductility at minimum range of specification of 100+ cm, and caused a reduction in percentage loss of weight due to heat and air increase durability of original asphalt. The results indicated that the inclusion of LDPE in SMA mixtures can satisfy the performance requirement of high-temperature, low temperature and much rain zone. In addition, the horizontal tensile strain at the bottom of asphalt concrete layer Εt and the vertical compressive strain at the top of subgrade layer Εc were calculated using multi-layer elastic analysis program, BISAR under 50KN set of dual tires with mm contact radius. These responses were used for estimating the improvement in service life of the pavement or reduction in thickness of SMA and base layer for the same service life due to modification the SMA Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-1969-1990, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregar agregat kasar Badan Standarisasi NasionalNasional Badan StandarisasiBadan Standarisasi Nasional, SNI 03-1737-1989. Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-1969-1990, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregar agregat kasar Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-2417 19991, Metode Pengujian Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles Badan Standarisasi Nasional, SNI 06-2432-1991, Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan aspalInvestigation of polymer modified asphalt by shear and tensile compliances. Material Characterization for Inputs into AASHTO 2002 Guide Session of the 2004 Annual ConfBina Marga, 1999, Pedoman Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum Catt, 2004. Investigation of polymer modified asphalt by shear and tensile compliances. Material Characterization for Inputs into AASHTO 2002 Guide Session of the 2004 Annual Conf. Transportation Assoc. Canada, Québec City, of relationships between modified asphalt properties and pavement performance. SHRP-A-631J S CoplantzCoplantz, et al., 1993. Review of relationships between modified asphalt properties and pavement performance. SHRP-A-631, Strategic Highway Res. Program, National Res. Council Washington, Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Laston untuk Jalan RayaUmum Departemen PekerjaanDepartemen Pekerjaan Umum 2006, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Laston untuk Jalan Raya, Jakarta. Rahmawati, A 2011, Utilizing High DensitySyarat Gradasi Bahan pengisi Campuran AspalBina Marga 1995, Syarat Gradasi Bahan pengisi Campuran Aspal, Jakarta.

perbedaan plastik pp pe dan hd