Carradan Aria mengusung tema traditional wedding. Carra sendiri memang menyukai ragam budaya Indonesia. Kebetulan juga keluarga Carra dan Aria dating dari latar belakang penuh budaya. Aria berdarah Sunda-Jawa, sedangkan Carra Gorontalo dan Sunda. Keduanya pun memutuskan untuk menggunakan semua adat latar belakang keluarga masing-masing. Waktuprosesi midodareni ini biasanya dimulai pada jam 6 sore hingga jam 12 malam. Biaya melangsungkan prosesi midodareni ini bisa memakan budget hingga Rp1,5 juta. 3. Akad Nikah. Setelahnya prosesi pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan acara akad nikah. Jika pasangan memeluk agama islam, kamu bisa melaksanakan akad nikah di masjid bersama AdatSunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini. 1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis. 2. Lamaran. MasyarakatJawa secara geografis meliputi wilayah Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Continue reading "Perbedaan Pernikahan Adat Jawa Solo Dan Adat Jawa Yogya" Posted on: 24 Dec 2019 Barulahakhirnya dilakukan siraman, prosesi yang dilakukan hampir sama dengan siraman adat Jawa. Dimana jumlahnya harus ganjil, 7, 9 atau 11 orang, dimulai dari sang ibu, ayah dan orang yang dituakan dalam keluarga. Ngeningan. Pada prosesi siraman adat Sunda ini, rambut calon mempelai wanita juga akan dipotong sedikit layaknya ngerik pada prosesi Jawa. Hal ini melambangkan percantik diri secara lahir dan batin. Dịch VỄ Hį»— Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Tahukah kamu riasan pernikahan bertemakan adat daerah memiliki makna dan doa untuk pemakainya? Termasuk salah satunya adalah riasan pengantin adat Sunda yang dipakai oleh artis cantik Syahnaz Sadiqah di hari pernikahannya pada 21 April lalu bersama Jeje of Contents Show 1. Mahkota Siger2. Daun sirih pada kening3. Kembang Tanjung di belakang sanggul4. Kembang goyang pada sanggul5. Untaian melati yang jatuh sampai tubuhGelungan Agung dari BaliTengkuluk Tanduak dari MinangkabauSiger Sunda dari Jawa BaratSaloko Bugis dari Sulawesi SelatanPaes Ageng dari YogyakartaSigokh dari Bandar LampungSiangko dari JakartaVideo yang berhubungan Mulai dari mahkotanya, hiasan bunga dan untaian melati di bagian belakang kepalanya, semua memiliki makna suci yang patut kamu tahu, Bela. Apa saja, ya?1. Mahkota riasan dengan adat Sunda, pengantin perempuan umumnya akan mengenakan mahkota Siger. Berbeda dengan Siger khas Lampung, Siger Sunda terbuat dari campuran logam dan memiliki berat 1,5-2 kg. Mahkota ini bermakna harapan akan rasa hormat, kearifan, dan kebijaksanaan dalam Daun sirih pada pengantin adat Sunda memiliki hiasan daun sirih di tengah-tengah kening mereka. Daun sirih berbentuk wajik ini sendiri merupakan lambang penolak Kembang Tanjung di belakang bagian sanggul, perias akan menyematkan enam kembang tanjung yang berbentuk seperti kupu-kupu kecil. Hiasan ini melambangkan kesetiaan sang perempuan pada Kembang goyang pada seperti pengantin adat Jawa, pengantin perempuan adat Sunda juga mengenakan tujuh kembang goyang pada sanggulnya. Namun sedikit perbedaannya adalah lima buah kembang goyang menghadap ke depan dan dua lainnya menghadap ke belakang. Hiasan ini sendiri bermakna kalau perempuan harus terlihat cantik seperti bunga, baik dari depan maupun Untaian melati yang jatuh sampai tubuhUntaian melati, atau sering disebut sebagai ronce melati adalah sebuah hiasan yang khas dari pengantin perempuan adat Sunda. Hiasan ini sendiri terdiri dari Melati Mangle Pasung, Mangle Susun, Mangle Sisir, Penetep, Mayangsari. Ronce melati pada adat Sunda bermakna kesucian dan kemurnian sang riasan yang dikenakan memiliki doa baik untuk keberlangsungan rumah tangga sang pengantin. Wah, jadi ingin menikah dengan adat Sunda agar dapat mengenakan riasan ini! Baca Juga 5 Inspirasi Makeup Pengantin Adat Batak a la Artis Baca Juga 8 Inspirasi Makeup Pengantin Adat Jawa ala Artis Baca Juga Prosesi Pernikahan Adat Bali Nggak hanya terkenal akan kekayaan alamnya, Indonesia juga punya beragam budaya yang beraneka ragam. Contohnya dalam hal pakaian adat pernikahan di mana masing-masing memiliki ciri khas satu buktinya adalah jenis-jenis mahkota pernikahan adat di Indonesia. Sebagian besar pakaian tradisional etnis Indonesia dilengkapi dengan hiasan kepala yang menambah kesan anggun serta desain pakaian adat ciri khas. Dan jangan cuman mempercantik penampilan saja lho ternyata ada filosofi khusus di baliknya. Simak yuk. Gelungan Agung dari BaliAwalnya Gelungan Agung yang berasal dari Bali ini hanya dipakai oleh kalangan bangsawan di masa lalu. Namun saat ini sudah diadopsi ke dalam pakaian pernikahan tradisional Bali, Payas Agung. Gelungan Agung akan dibentuk dengan susunan bunga sandat emas, berhias mahkota emas dan srinata. Semakin rumit dan tinggi susunan sandat, maka semakin tinggi kasta perempuan tersebut. Tengkuluk Tanduak dari nama lain Tikuluak Tanduak, mahkota pernikahan yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat ini terbuat dari kain balapak. Kebanyakan perempuan dari wilayah Lintau Buo sering kali menggunakan mahkota ini pada hari spesialnya. Hiasan kepala yang punya bentuk rumah gadang ala Minang ini punya makna bundo kanuang atau pemilik rumah Sunda dari Jawa BaratSebenarnya Siger hanya dipakai oleh ratu dan putri Sunda di masa lalu sebagai mahkota. Tapi sekarang sudah dijadikan bagian dari pakaian pernikahan dan tari tradisional Sunda. Hiasan kepala ini melambangkan kebijaksanaan dan kehormatan sebagai kualitas diri yang harus dijunjung tinggi. Sering kali dijumpai dengan kembang goyang, tujuh ornamen bentuk bunga. Lima diantaranya menghadap depan serta dua menghadap belakang. Yang melambangkan kecantikan luar Bugis dari Sulawesi pernikahan asal Bugis, Sulawesi Selatan ini memang kelihatan sederhana tapi proses pembuatannya terbilang nggak mudah lho. Karena penyusunannya harus sejajar, kemudian Saloko juga harus terlihat dari depan ke belakang. Punya ciri khas adat Bugis yang ketimur-timuran lalu dipadukan dengan corak khas masyarakat Sulawesi Selatan. Saloko mempunyai makna identitas etnis Ageng dari Ageng dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang terinspirasi dari putri ningrat Keraton. Kepala pengantin perempuan akan dihiasi oleh centhung yang artinya kesiapan untuk memasuki kehidupan baru atau pernikahan. Lalu gunungan rambut di belakang berarti penghormatan suami terhadap istri. Paes Ageng juga dipercaya untuk pembersihan jiwa dan memperkuat batin sehingga terhindar dari dari Bandar Lampung berbeda dengan Siger Sunda, perbedaan ukuran menjadi hal yang paling kontras terlihat. Dahulu Sigokh hanya digunakan sebagai hiasan kepala bagi ratu saja, tapi sekarang sudah bisa dipakai oleh masyarakat Lampung sebagai busana pernikahan. Ternyata ada tiga varian Sigokh yang dibagikan menurut asalnya. Pertama, Siger Saibatin dari pesisir Provinsi Lampung. Kedua, Siger Pepadun dari pegunungan tempat tinggal Suku Pepadun. Terakhir, Siger Tuka berasal dari zaman Hindu serta Buddha di dari afdol rasanya kalau nggak membahas adat pernikahan ibukota Indonesia, yaitu DKI Jakarta. Siangko merupakan mahkota pernikahan Betawi yang memadukan berbagai budaya diantaranya Arab, Cina, dan Belanda yang cukup kental. Cadar Siangko juga dibuat beragam, ada yang panjangnya menutupi wajah atau yang hanya menutupi dahi. Makna cadar sendiri melambangkan kesucian pengantin perempuan. raf/raf – Bingung dengan perbedaan pernikahan adat jawa dan adat sunda? Indonesia memang termasuk negeri yang kaya akan keindahan alam dan suku adat serta budayanya. Bahkan terdapat begitu banyak budaya dan bahasa mulai dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman inilah yang membuat Indonesia menjadi negeri yang menarik. Dan juga dari keberagaman budaya ini membuat ada tradisi tradisi yang dipercaya oleh masing masing suku. Seperti misalnya hal yang paling umum kita jumpai ialah tradisi dalam pernikahan. Karena begitu banyak suku yang ada, kita akan membahas tentang adat pernikahan Jawa dan Sunda. Sebab baik dalam adat Jawa maupun adat Sunda terdapat prosesi siraman’ menjelang pernikahan. Upacara atau prosesi siraman saat pernikahan ini berasal dari kata dasar siram Jawa yang memiliki arti mandi. Sedangkan maknanya sendiri ialah memandikan calon pengantin dengan tujuan supaya calon pengantin kembali bersih dan suci saat pernikahan. Berikut ini fakta antara prosesi penyiraman pada adat Jawa dan adat Sunda. 1. Siraman adat Jawa Upacara siraman ini berlaku bagi pengantin pria dan wanita dan akan dilaksanakan dirumah masing masing. Setelah menyiapkan segala perlengkapan untuk upacara siraman, waktunya untuk menaburkan bunga setaman ke dalam bak yang berisi air dingin atau air hangat. Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan dua butir kelapa yang masih ada sabutnya diikat menjadi satu dan masukkan ke dalam air. Calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman lengkap kemudian dijemput dan dibimbing oleh orang tua untuk menuju ke tempat penyiraman. Dan dibelakang mereka ada pengiring yang membawakan baki berisi seperangkat kain yang terdiri dari sehelai kain motif grompol, sehelai kain motif nagasari, handuk dan pedupan. Didalam adat Jawa, prosesi siraman akan diawali dengan doa sesuai kepercayaan masing masing kemudian dilanjutkan dengan sungkeman kepada orang tua calon pengantin. Ketika sungkeman, calon pengantin sekaligus meminta ijin untuk menikah dengan orang yang telah ia pilih sebagai pasangan hidupnya. Biasanya dalam moment moment ini suasana haru akan sangat dirasakan. Setelah sungkeman, kemudian masuk ke tahap siraman dimana calon pengantin akan disiram dengan air yang diambil dari tujuh sumber dan sudah ditaburi dengan kembang setaman. Dan anggota yang menyiram diwajibkan untuk berjumlah ganjil, dimulai dari ayah, ibu, dan beberapa orang yang dituakan dan diakhiri dengan juru rias. Setelah badan dikira bersih, air tersebut juga digunakan untuk berkumur, membersihkan wajah, telinga, leher, kaki dan tangan masing-masing 3x. Jangan lupa diikuti juga dengan doa oleh calon pengantin. Akhir dari acara siraman ini adalah ketika juru rias mengucapkan kalimat sudah berakhir masa remajanya sambil memecahkan kendi di depan calon pengantin yang disaksikan kedua orang tua dan kerabat lainnya. Prosesi siraman tidak sampai disana saja, setelahnya, calon pengantin akan digendong oleh sang ayah menuju kamar pengantin untuk melakukan prosesi ngerik. Disini, juru rias akan membersihkan rambut rambut halus pada calon pengantin. 2. Siraman adat Sunda Siraman adat Sunda berbeda dengan adat Jawa. Dalam adat Sunda, siraman memiliki tahap pertama mulai dari gengcangkeun aisan dengan ritual sang ibu akan melepaskan gendongan menuju tempat siraman ditemani oleh sang ayah yang mendampingi dengan membawa lilin. Makna dari tahap ini adalah kedua orang tua akan segera mengakhiri tanggung jawab mereka dan akan digantikan oleh calon suami nantinya. Tahap selanjutnya kemudian dipangkon. Disini, calon pengantin akan dipangku oleh kedua orang tuanya lalu calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang tua ngaras. Kemudian calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi supaya bisa selalu mengharumkan nama keluarga. Dan calon pengantin akan melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan permohonan untuk selalu sabar, sehat, bertaqwa, tabah, beriman, dan istiqamah. Hingga akhirnya sampai pada tahap penyiraman. Pada tahap ini, sama sperti adat Jawa, dimana calon pengantin akan disiram dengan air yang sudah ditaburi dengan kembang setaman. Itu dia pebedaan antara prosesi siraman adat Jawa dengan adat Sunda, budaya Indonesia ini memang sangat menarik untuk dipelajari mengingat ada begitu banyak suku dan adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Page – Bingung dengan perbedaan pernikahan adat jawa dan adat sunda? Indonesia memang termasuk negeri yang kaya akan keindahan alam dan suku adat serta budayanya. Bahkan terdapat begitu banyak budaya dan bahasa mulai dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman inilah yang membuat Indonesia menjadi negeri yang juga dari keberagaman budaya ini membuat ada tradisi tradisi yang dipercaya oleh masing masing suku. Seperti misalnya hal yang paling umum kita jumpai ialah tradisi dalam pernikahan. Karena begitu banyak suku yang ada, kita akan membahas tentang adat pernikahan Jawa dan Sunda. Sebab baik dalam adat Jawa maupun adat Sunda terdapat prosesi siraman’ menjelang atau prosesi siraman saat pernikahan ini berasal dari kata dasar siram Jawa yang memiliki arti mandi. Sedangkan maknanya sendiri ialah memandikan calon pengantin dengan tujuan supaya calon pengantin kembali bersih dan suci saat pernikahan. Berikut ini fakta antara prosesi penyiraman pada adat Jawa dan adat Siraman adat JawaUpacara siraman ini berlaku bagi pengantin pria dan wanita dan akan dilaksanakan dirumah masing masing. Setelah menyiapkan segala perlengkapan untuk upacara siraman, waktunya untuk menaburkan bunga setaman ke dalam bak yang berisi air dingin atau air dilanjutkan dengan memasukkan dua butir kelapa yang masih ada sabutnya diikat menjadi satu dan masukkan ke dalam pengantin yang sudah mengenakan busana siraman lengkap kemudian dijemput dan dibimbing oleh orang tua untuk menuju ke tempat dibelakang mereka ada pengiring yang membawakan baki berisi seperangkat kain yang terdiri dari sehelai kain motif grompol, sehelai kain motif nagasari, handuk dan pedupan. Didalam adat Jawa, prosesi siraman akan diawali dengan doa sesuai kepercayaan masing masing kemudian dilanjutkan dengan sungkeman kepada orang tua calon sungkeman, calon pengantin sekaligus meminta ijin untuk menikah dengan orang yang telah ia pilih sebagai pasangan hidupnya. Biasanya dalam moment moment ini suasana haru akan sangat sungkeman, kemudian masuk ke tahap siraman dimana calon pengantin akan disiram dengan air yang diambil dari tujuh sumber dan sudah ditaburi dengan kembang anggota yang menyiram diwajibkan untuk berjumlah ganjil, dimulai dari ayah, ibu, dan beberapa orang yang dituakan dan diakhiri dengan juru badan dikira bersih, air tersebut juga digunakan untuk berkumur, membersihkan wajah, telinga, leher, kaki dan tangan masing-masing 3x. Jangan lupa diikuti juga dengan doa oleh calon dari acara siraman ini adalah ketika juru rias mengucapkan kalimat sudah berakhir masa remajanya sambil memecahkan kendi di depan calon pengantin yang disaksikan kedua orang tua dan kerabat siraman tidak sampai disana saja, setelahnya, calon pengantin akan digendong oleh sang ayah menuju kamar pengantin untuk melakukan prosesi juru rias akan membersihkan rambut rambut halus pada calon Siraman adat Sunda Siraman adat Sunda berbeda dengan adat Jawa. Dalam adat Sunda, siraman memiliki tahap pertama mulai dari gengcangkeun aisan dengan ritual sang ibu akan melepaskan gendongan menuju tempat siraman ditemani oleh sang ayah yang mendampingi dengan membawa dari tahap ini adalah kedua orang tua akan segera mengakhiri tanggung jawab mereka dan akan digantikan oleh calon suami selanjutnya kemudian dipangkon. Disini, calon pengantin akan dipangku oleh kedua orang tuanya lalu calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang tua ngaras.Kemudian calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi supaya bisa selalu mengharumkan nama calon pengantin akan melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan permohonan untuk selalu sabar, sehat, bertaqwa, tabah, beriman, dan akhirnya sampai pada tahap penyiraman. Pada tahap ini, sama sperti adat Jawa, dimana calon pengantin akan disiram dengan air yang sudah ditaburi dengan kembang dia pebedaan antara prosesi siraman adat Jawa dengan adat Sunda, budaya Indonesia ini memang sangat menarik untuk dipelajari mengingat ada begitu banyak suku dan adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Ritual Siraman Adat Jawa dan Sunda By Ade Mutia 21 Mar 2022 Viewers 2792 Di Indonesia, jelang pernikahan umumnya ada berbagai persiapan yang dilakukan oleh kedua calon mempelai pengantin, terutama bagi mereka yang menggunakan prosesi adat. Sebagai contoh, pernikahan adat Jawa dan adat Sunda, setidaknya ada 13 tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin. Salah satu diantaranya ada yang memiliki kemiripan, yakni prosesi siraman. Siraman dilakukan dengan maksud untuk menyucikan calon mempelai sebelum hari H pernikahan. Jika hanya dilihat sekilas, prosesi siraman baik dengan adat Jawa maupun Sunda, nampak sama saja. Namun, tahukah kamu ternyata ritual keduanya sangatlah berbeda? Tradisi siraman adat Jawa dan adat Sunda punya ciri khasnya masing-masing, baik dari tata cara pelaksanaan maupun istilah-istilah yang digunakan. Dimana saja letak perbedaannya? Berikut ini WeddingMarket berikan ulasan lengkapnya untukmu. Disimak, yuk!Fotografi MordenDalam prosesi pernikahan adat Jawa, ritual siraman dimulai dengan sungkeman. Dimana sang calon pengantin, memohon maaf sekaligus meminta restu dan izin untuk menikah kepada orangtuanya. Setelah itu, barulah orangtua akan melakukan siraman kepada sang anak. Biasanya prosesi siraman dilakukan satu hari menjelang akad nikah. Baik calon pengantin wanita maupun pengantin pria dapat melaksanakan siraman di kediamannya yang perlu disiapkan sebelum dilaksanakan siraman adat JawaAir siraman, air jernih dan bersih Bunga mawar, melati dan kenanga untuk ditaburkan ke dalam air siramanPengaron untuk tempat air siramanGayung untuk mengambil airTikar bangka, yakni tikar berukuran sekitar setengah meter terbuat dari anyaman daun pandan. Sehelai kain dan sehelai kain mori Daun-daun yang terdiri atas daun kluwih, daun koro, daun opo-opo, daun awar-awar, daun turi, daun dadap srep, alang-alang dan duri kemarungRatus, terdiri dari herbal alami, seperti kunyit, bunga mawar, temulawak, pala, dan sejenisnyaAnglo, tungku yang berfungsi seperti kompor yang terbuat dari tanah liatKendhivia instagram/likuiditayona Kuntjoro PhotographyUrutan dalam upacara siraman adat Jawa adalah sebagai berikutSungkemanFotografi MordenSeperti yang sudah disebutkan sebelumnya, urutan pertama dalam upacara siraman adat Jawa dimulai dengan sungkeman. Calon pengantin wanita sungkem kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu untuk dipersunting oleh kekasih pilihannya. Momen sungkeman ini biasanya menjadi sangat haru, tak jarang baik calon pengantin maupun orang tua sampai menitikkan air via instagram/cantitachrilSetelah selesai sungkeman, barulah dilanjutkan dengan prosesi siraman adat Jawa. Dengan dibimbing oleh orang tua, calon pengantin yang telah mengenakkan busana siraman lengkap, dituntun menuju tempat siraman. Sementara para pengiring membawakan baki berisi seperangkat kain, handuk dan calon mempelai wanita didudukkan di atas bangku yang beralaskan tikar bangka atau tikar pandan. Diwali dengan doa, calon pengantin kemudian disiram dengan air siraman yakni air yang berasal dari tujuh sumber mata air tanah dan ditaburi dengan bunga-bunga, antara lain melati, mawar dan kenanga. Jumlah siraman yang dilakukan harus ganjil, dimulai dari sesepuh atau orang yang dituakan dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan ayah, ibu, atau saudara, dan terakhir juru rias KendiSetelah selesai dilakukan siraman, orangtua calon pengantin atau juru rias kemudian mecahkan kendi yang digunakan untuk menuang air siraman sembari mengucapkan, ā€œNiat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku [nama sang anak]ā€. Proses ini menyimbolkan pecahnya atau berakhirnya masa remaja sang anak, kini sebagai wanita RikmoSelanjutnya, prosesi siraman adat Jawa diteruskan dengan memotong rikmo atau rambut. Dari pihak mempelai pria juga akan menyerahkan potongan rambut yang kemudian disatukan dan dikubur di halaman rumah. Hal ini melambangkan, untuk mengubur semua hal-hal buruk, sehingga kelak rumah tangga pasangan tersebut hanya ada kebaikan dan via instagram/cantitachrilTahapan selanjutnya dalam prosesi siraman adat Jawa yakni, calon mempelai wanita digendong oleh sang ayah menuju kamar. Prosesi ini melambangkan betapa kasih sayang orang tua akan senantiasa selalu untuk anaknya, bahkan sampai menjelang sang anak memulai lembaran baru pernikahan. Apabila tidak dilaksanakan bopongan, calon pengantin akan langsung diantar oleh perias menuju atau berhiasFoto via instagram/ambarpaes_jakartaSelanjutnya di kamar, calon pengantin berganti pakaian dan bersiap untuk dikerik rambut di atas dahinya atau disebut dengan istilah Doa RestuTerakhir, calon pengantin keluar dari kamar dan menemui para tamu untuk memohon doa restu. Sementara itu, sesepuh atau pihak yang dituakan akan mengantar air siraman ke tempat calon pengantin Adat SundaFotografi MordenSama halnya dengan siraman adat Jawa, prosesi siraman adat Sunda ngebakan bertujuan untuk menyucikan calon mempelai pengantin baik secara lahir maupun batin. Prosesi siraman adat Sunda dilaksanakan 3-7 hari menjelang hari tahapan siraman adat Sunda adalah sebagai aisan melepaskan gendonganFoto Umarez PhotographyPada prosesi siraman adat Sunda, tahap pertama dimulai dengan ngengcangkeun aisan. Dimana calon pengantin akan digendong’ secara simbolis oleh sang ibu dengan melilitkan kain gendongan di tubuhnya dan sang anak. Kemudian sang ibu melepaskan gendongan tersebut, selanjutnya calon pengantin, ibu bersama ayah menuju tempat siraman. Pada tahap ini sang ayah juga membawa lilin, prosesi ini bermakna bahwa kedua orangtua akan segera mengakhiri tanggung jawabnya, dan selanjutnya digantikan oleh calon membasuh kaki orangtuaTahapan siraman adat Sunda dilanjutkan dengan prosesi ngaras. Calon pengantin akan dipangku kedua orang tua dalam prosesi dipangkon. Kemudian, si calon pengantin memohon izin kepada kedua orangtuanya untuk menikah, dilanjutkan dengan sungkem, barulah setelah itu calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang air siramanFotografi Bingkai PhotographyUpacara dilanjutkan dengan mencampur air siraman yang berasal dari tujuh mata air dengan tujuh macam bunga beraroma wangi, disebut dengan bunga setaman. Pada prosesi siraman adat Sunda, calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi oleh orangtuanya. Prosesi ini bermakna, agar sang anak bisa selalu mengharumkan nama baik keluarga. NgebakanTak hanya itu, calon pengantin adat Sunda juga harus melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan supaya selalu bersabar, sehat, tabah, beriman, bertaqwa, dan selalu istiqomah. Prosesi ini disebut ngebakan. SiramanBarulah akhirnya dilakukan siraman, prosesi yang dilakukan hampir sama dengan siraman adat Jawa. Dimana jumlahnya harus ganjil, 7, 9 atau 11 orang, dimulai dari sang ibu, ayah dan orang yang dituakan dalam prosesi siraman adat Sunda ini, rambut calon mempelai wanita juga akan dipotong sedikit layaknya ngerik pada prosesi Jawa. Hal ini melambangkan percantik diri secara lahir dan batin. Barulah terakhir dilakukan pembersihan bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau atau sinom, godeg serta kembang turi yang disebut dengan ngeningan. Prosesi ini sebagai simbolis membuang atau membersihkan segala kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu, sehingga tidak terulang lagi di masa Parawanten Setelah selesai ngeningan, dilanjutkan dengan acara rebutan parawanten atau rebutan makanan. Makanan yang diperebutkan berupa umbi-umbian atau makanan ringan. Maknanya, sebagai harapan agar kedua mempelai mendapat rezeki yang lancar serta segera memperoleh tumpeng via instagram/ Umarez PhotographyPada prosesi siraman adat Sunda juga dilakukan potong tumpeng, yang kemudian disuapkan ke calon pengantin. Prosesi ini sebagai simbol pelepasan sang anak oleh kedua orangtuanya, untuk memulai hidup baru setelah rambutTerakhir, orangtua akan menanam potongan rambut calon pengantin, sebagai simbol mengubur segala hal buruk agar sang anak siap menjalani hidup baru yang bahagia. Rambut tersebut biasanya dikubur di pekarangan rumah. Fotografi Canola PhotoSecara umum, baik prosesi siraman adat Jawa maupun adat Sunda, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menyucikan diri sebelum pernikahan digelar. Meskipun ada sedikit perbedaan dalam beberapa ritualnya tapi layaknya tradisi adat istiadat daerah lainnya, upacara siraman ini juga perlu dilestarikan. Supaya generasi penerus kelak tetap bisa mengenal akar budaya leluhurnya. Nah, setelah membaca ulasan di atas, sekarang sudah jelas kan dimana bedanya siraman Jawa dan Sunda? Jangan lupa untuk persiapkan pernikahan impianmu bersama WeddingMarket. Temukan berbagai diskon dan promo-promo menarik dari vendor-vendor terbaik di seluruh Indonesia. Semoga bermanfaat, ya! Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Ritual Siraman Kebiasaan Jawa dan Sunda By Ade Mutia 21 Mar 2022 Viewers 2289 Di Indonesia, jelang pernikahan umumnya ada bermacam rupa persiapan yang dilakukan maka itu kedua unggulan pengantin mempelai, terutama kerjakan mereka yang memperalat prosesi kebiasaan. Perumpamaan kamil, pernikahan adat Jawa dan aturan Sunda, setidaknya suka-suka 13 tahapan yang harus dilalui makanya calon merapulai. Salah satu diantaranya suka-suka yang memiliki pertepatan, yakni prosesi siraman. Siraman dilakukan dengan maksud bakal menyucikan calon mempelai sebelum hari H akad nikah. Sekiranya hanya dilihat sekilas, prosesi siraman baik dengan adat Jawa maupun Sunda, nampak sekelas saja. Namun, tahukah anda ternyata upacara keduanya sangatlah berbeda? Tradisi siraman adat Jawa dan adat Sunda punya ciri khasnya per, baik pecah penyelenggaraan pendirian pelaksanaan atau istilah-istilah nan digunakan. Dimana saja letak perbedaannya? Berikut ini WeddingMarket berikan ulasan lengkapnya untukmu. Disimak, yuk ! Siraman Rasam Jawa Fotografi Morden Dalam prosesi ijab kabul aturan Jawa, ritual siraman dimulai dengan sungkeman. Dimana sang nomine pengantin, memohon maaf serampak meminta restu dan izin untuk menikah kepada orangtuanya. Setelah itu, barulah orangtua akan mengamalkan siraman kepada sang anak. Biasanya prosesi siraman dilakukan satu hari menjelang akad nikah. Baik calon pengantin wanita alias pengantin adam dapat melaksanakan siraman di kediamannya masing-masing. Perangkat nan perlu disiapkan sebelum dilaksanakan siraman adat Jawa Air siraman, air jernih dan bersih Anak uang mawar, melati dan kenanga untuk ditaburkan ke kerumahtanggaan air siraman Pengaron bikin wadah air siraman Gayung untuk mengambil air Tikar bangka, adalah tikar berukuran sekeliling seketul meter terbuat berpunca anyaman patera pandan. Sehelai reja dan sepoteng tiras mori Patera-daun nan terdiri atas daun kluwih, daun koro, daun opo-opo, daun awar-awar, patera turi, daun dadap srep, ilalang dan duri kemarung Ratus, terdiri bermula herbal alami, seperti kunyit, bunga ros, temulawak, pala, dan sejenisnya Jingkir, perbaraan yang berfungsi seperti pendiangan yang terbuat dari tanah liat Kendhi via instagram/ likuiditayona Kuntjoro Photography Urutan intern upacara siraman resan Jawa yaitu sebagai berikut Sungkeman Fotografi Morden Sama dengan yang sudah disebutkan sebelumnya, urutan permulaan dalam upacara siraman adat Jawa dimulai dengan sungkeman. Calon merapulai wanita sungkem kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu bakal dipersunting maka dari itu kekasih pilihannya. Detik sungkeman ini lazimnya menjadi sangat haru, lain jarang baik calon pengantin atau turunan tua sampai melimpahi air mata. Siraman Foto via instagram/cantitachril Pasca- radu sungkeman, barulah dilanjutkan dengan prosesi siraman adat Jawa. Dengan dibimbing oleh orang tua, primadona mempelai nan sudah lalu mengenakkan rok siraman lengkap, dituntun menuju tempat siraman. Provisional para pengiring membawakan baki berisi seperangkat perca, handuk dan pedupan. Selanjutnya calon mempelai wanita didudukkan di atas tapang yang berdasarkan tikar bangka maupun tikar pandan. Diwali dengan takbir, calon pengantin kemudian disiram dengan air siraman yaitu air yang mulai sejak dari tujuh perigi sumur tanah dan ditaburi dengan bunga-bunga, antara lain melati, mawar dan kenanga. Jumlah siraman yang dilakukan harus ganjil, dimulai dari datuk ataupun basyar yang dituakan intern keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan ayah, ibu, alias saudara, dan terakhir tukang hias pengantin . Separasi Kendi Pasca- selesai dilakukan siraman, orangtua favorit raja sehari atau juru hias kemudian mecahkan kendi yang digunakan buat menuang air siraman sembari menyabdakan, ā€œ Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku [nama si anak] ā€. Proses ini melambangkan pecahnya ataupun berakhirnya hari remaja sang anak asuh, sekarang sebagai wanita dewasa. Potong Rikmo Selanjutnya, prosesi siraman kebiasaan Jawa diteruskan dengan memotong rikmo atau rambut. Berpunca pihak mempelai laki-laki juga akan menyerahkan potongan rambut yang kemudian disatukan dan dikubur di halaman flat. Hal ini melambangkan, bagi mengubur semua hal-hal buruk, sehingga kelak rumah tangga antagonis tersebut tetapi suka-suka kebaikan dan kegembiraan. Bopongan Foto via instagram/cantitachril Panjang selanjutnya dalam prosesi siraman adat Jawa yakni, nomine pengantin wanita digendong oleh si ayah condong kamar. Prosesi ini melambangkan bukan main kasih comar orang tua akan senantiasa selalu untuk anaknya, lebih-lebih sampai menjelang sang anak memulai paisan baru akad nikah. Apabila tidak dilaksanakan bopongan, calon pengantin akan berbarengan diantar oleh perias menuju kamar. Paes atau berdandan Foto via instagram/ambarpaes_jakarta Lebih jauh di kamar, unggulan pengantin berganti busana dan bersiap untuk dikerik rambut di atas dahinya atau disebut dengan istilah dialubi-alubi . Memohon Takbir Restu Terakhir, calon pengantin keluar dari kamar dan merodong para pengunjung buat memohon doa restu. Darurat itu, tetua alias pihak nan dituakan akan mengantar air siraman ke gelanggang calon raja sehari pria. Siraman Adat Sunda Fotografi Morden Sama halnya dengan siraman adat Jawa, prosesi siraman adat Sunda ngebakan berujud buat menyucikan calon kemantin raja sehari baik secara lahir maupun batin. Prosesi siraman adat Sunda dilaksanakan 3-7 perian menjelang tahun akad nikah. Urutan jenjang siraman adat Sunda adalah sebagai berikut. Ngengcangkeun aisan melepaskan gendongan Foto Umarez Photography Lega prosesi siraman adat Sunda, tahap mula-mula dimulai dengan ngengcangkeun aisan. Dimana calon pengantin akan digendong’ secara asosiatif maka itu sang ibu dengan melilitkan karet gendongan di tubuhnya dan sang anak. Kemudian sang ibu memperlainkan gendongan tersebut, selanjutnya favorit pengantin, ibu bersama ayah menuju ajang siraman. Pada tahap ini si ayah pula membawa lilin, prosesi ini berarti bahwa kedua orangtua akan segera mengakhiri beban jawabnya, dan seterusnya digantikan oleh nomine suami. Ngaras mencuci kaki orangtua Tingkatan siraman adat Sunda dilanjutkan dengan prosesi ngaras. Calon pengantin akan dipangku kedua orang tua dalam prosesi dipangkon. Kemudian, si unggulan pengantin memohon maaf kepada kedua orangtuanya cak bagi menikah, dilanjutkan dengan sujud, barulah setelah itu calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang tuanya. Pencampuran air siraman Fotografi Bingkai Photography Seremoni dilanjutkan dengan mencampur air siraman nan berbunga dari tujuh sendang dengan tujuh keberagaman rente berbau wangi, disebut dengan bunga setaman. Pada prosesi siraman kebiasaan Sunda, calon pengantin akan disemprot dengan petro wangi oleh orangtuanya. Prosesi ini bermakna, agar sang anak dapat selalu mengharumkan keunggulan baik keluarga. N gebakan Tak hanya itu, calon pengantin sifat Sunda pula harus melewati sapta lembar reja yang menyiratkan supaya selalu menahan perasaan, segak, tabah, beriman, bertaqwa, dan pelahap istiqomah. Prosesi ini disebut ngebakan. Siraman Barulah balasannya dilakukan siraman, prosesi yang dilakukan hampir sama dengan siraman kebiasaan Jawa. Dimana jumlahnya harus ganjil, 7, 9 atau 11 bani adam, dimulai semenjak sang ibu, ayah dan orang nan dituakan dalam batih. Ngeningan Pada prosesi siraman adat Sunda ini, rambut nomine mempelai wanita juga akan dipotong adv minim layaknya ngerik puas prosesi Jawa. Peristiwa ini melambangkan percantik diri secara lahir dan batin. Barulah terakhir dilakukan pembersihan bulu-surai halus pada muka, kuduk, membentuk amis cau atau sinom, godeg serta kembang turi yang disebut dengan ngeningan . Prosesi ini sebagai figuratif membuang atau membersihkan segala kesalahan yang pernah dilakukan di zaman dulu, sehingga tak terulang lagi di waktu depan. Rebutan Parawanten Setelah selesai ngeningan, dilanjutkan dengan acara rebutan parawanten atau rebutan ki gua garba. Makanan nan diperebutkan aktual umbi-umbian atau lambung ringan. Maknanya, andai pamrih agar kedua mempelai membujur rezeki nan lancar serta segera memperoleh pertalian keluarga. Potong tumpeng via instagram/ Umarez Photography Pada prosesi siraman adat Sunda sekali lagi dilakukan tetak tumpeng, yang kemudian disuapkan ke primadona raja sehari. Prosesi ini ibarat simbol pelepasan sang anak oleh kedua orangtuanya, lakukan memulai arwah yunior sesudah menikah. Tanam rambut Terakhir, orangtua akan menanam potongan rambut primadona pengantin, perumpamaan simbol mengubur segala keadaan buruk agar si momongan siap menjalani hidup hijau nan bahagia. Surai tersebut rata-rata dikubur di pekarangan rumah. FotografiCanola Photo Secara umum, baik prosesi siraman adat Jawa atau adat Sunda, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk membeningkan diri sebelum pernikahan digelar. Kendatipun ada sedikit perbedaan n domestik sejumlah ritualnya tapi layaknya pagar adat sifat istiadat wilayah lainnya, seremoni siraman ini lagi perlu dilestarikan. Supaya generasi penerus kelak tetap bisa mengenal akar budaya leluhurnya. Nah, setelah membaca ulasan di atas, sekarang sudah lalu jelas kan dimana bedanya siraman Jawa dan Sunda? Jangan tengung-tenging bagi persiapkan ijab nikah impianmu bersama WeddingMarket. Temukan berbagai diskon dan promo-promo menarik pecah vendor-vendor terbaik di seluruh Indonesia. Sebaiknya berharga, ya ! Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Ritual Siraman Adat Jawa dan Sunda By Ade Mutia 21 Mar 2022 Viewers 2793 Di Indonesia, jelang pernikahan umumnya ada berbagai persiapan yang dilakukan oleh kedua calon mempelai pengantin, terutama bagi mereka yang menggunakan prosesi adat. Sebagai contoh, pernikahan adat Jawa dan adat Sunda, setidaknya ada 13 tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin. Salah satu diantaranya ada yang memiliki kemiripan, yakni prosesi siraman. Siraman dilakukan dengan maksud untuk menyucikan calon mempelai sebelum hari H pernikahan. Jika hanya dilihat sekilas, prosesi siraman baik dengan adat Jawa maupun Sunda, nampak sama saja. Namun, tahukah kamu ternyata ritual keduanya sangatlah berbeda? Tradisi siraman adat Jawa dan adat Sunda punya ciri khasnya masing-masing, baik dari tata cara pelaksanaan maupun istilah-istilah yang digunakan. Dimana saja letak perbedaannya? Berikut ini WeddingMarket berikan ulasan lengkapnya untukmu. Disimak, yuk!Fotografi MordenDalam prosesi pernikahan adat Jawa, ritual siraman dimulai dengan sungkeman. Dimana sang calon pengantin, memohon maaf sekaligus meminta restu dan izin untuk menikah kepada orangtuanya. Setelah itu, barulah orangtua akan melakukan siraman kepada sang anak. Biasanya prosesi siraman dilakukan satu hari menjelang akad nikah. Baik calon pengantin wanita maupun pengantin pria dapat melaksanakan siraman di kediamannya yang perlu disiapkan sebelum dilaksanakan siraman adat JawaAir siraman, air jernih dan bersih Bunga mawar, melati dan kenanga untuk ditaburkan ke dalam air siramanPengaron untuk tempat air siramanGayung untuk mengambil airTikar bangka, yakni tikar berukuran sekitar setengah meter terbuat dari anyaman daun pandan. Sehelai kain dan sehelai kain mori Daun-daun yang terdiri atas daun kluwih, daun koro, daun opo-opo, daun awar-awar, daun turi, daun dadap srep, alang-alang dan duri kemarungRatus, terdiri dari herbal alami, seperti kunyit, bunga mawar, temulawak, pala, dan sejenisnyaAnglo, tungku yang berfungsi seperti kompor yang terbuat dari tanah liatKendhivia instagram/likuiditayona Kuntjoro PhotographyUrutan dalam upacara siraman adat Jawa adalah sebagai berikutSungkemanFotografi MordenSeperti yang sudah disebutkan sebelumnya, urutan pertama dalam upacara siraman adat Jawa dimulai dengan sungkeman. Calon pengantin wanita sungkem kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu untuk dipersunting oleh kekasih pilihannya. Momen sungkeman ini biasanya menjadi sangat haru, tak jarang baik calon pengantin maupun orang tua sampai menitikkan air via instagram/cantitachrilSetelah selesai sungkeman, barulah dilanjutkan dengan prosesi siraman adat Jawa. Dengan dibimbing oleh orang tua, calon pengantin yang telah mengenakkan busana siraman lengkap, dituntun menuju tempat siraman. Sementara para pengiring membawakan baki berisi seperangkat kain, handuk dan calon mempelai wanita didudukkan di atas bangku yang beralaskan tikar bangka atau tikar pandan. Diwali dengan doa, calon pengantin kemudian disiram dengan air siraman yakni air yang berasal dari tujuh sumber mata air tanah dan ditaburi dengan bunga-bunga, antara lain melati, mawar dan kenanga. Jumlah siraman yang dilakukan harus ganjil, dimulai dari sesepuh atau orang yang dituakan dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan ayah, ibu, atau saudara, dan terakhir juru rias KendiSetelah selesai dilakukan siraman, orangtua calon pengantin atau juru rias kemudian mecahkan kendi yang digunakan untuk menuang air siraman sembari mengucapkan, ā€œNiat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku [nama sang anak]ā€. Proses ini menyimbolkan pecahnya atau berakhirnya masa remaja sang anak, kini sebagai wanita RikmoSelanjutnya, prosesi siraman adat Jawa diteruskan dengan memotong rikmo atau rambut. Dari pihak mempelai pria juga akan menyerahkan potongan rambut yang kemudian disatukan dan dikubur di halaman rumah. Hal ini melambangkan, untuk mengubur semua hal-hal buruk, sehingga kelak rumah tangga pasangan tersebut hanya ada kebaikan dan via instagram/cantitachrilTahapan selanjutnya dalam prosesi siraman adat Jawa yakni, calon mempelai wanita digendong oleh sang ayah menuju kamar. Prosesi ini melambangkan betapa kasih sayang orang tua akan senantiasa selalu untuk anaknya, bahkan sampai menjelang sang anak memulai lembaran baru pernikahan. Apabila tidak dilaksanakan bopongan, calon pengantin akan langsung diantar oleh perias menuju atau berhiasFoto via instagram/ambarpaes_jakartaSelanjutnya di kamar, calon pengantin berganti pakaian dan bersiap untuk dikerik rambut di atas dahinya atau disebut dengan istilah Doa RestuTerakhir, calon pengantin keluar dari kamar dan menemui para tamu untuk memohon doa restu. Sementara itu, sesepuh atau pihak yang dituakan akan mengantar air siraman ke tempat calon pengantin Adat SundaFotografi MordenSama halnya dengan siraman adat Jawa, prosesi siraman adat Sunda ngebakan bertujuan untuk menyucikan calon mempelai pengantin baik secara lahir maupun batin. Prosesi siraman adat Sunda dilaksanakan 3-7 hari menjelang hari tahapan siraman adat Sunda adalah sebagai aisan melepaskan gendonganFoto Umarez PhotographyPada prosesi siraman adat Sunda, tahap pertama dimulai dengan ngengcangkeun aisan. Dimana calon pengantin akan digendong’ secara simbolis oleh sang ibu dengan melilitkan kain gendongan di tubuhnya dan sang anak. Kemudian sang ibu melepaskan gendongan tersebut, selanjutnya calon pengantin, ibu bersama ayah menuju tempat siraman. Pada tahap ini sang ayah juga membawa lilin, prosesi ini bermakna bahwa kedua orangtua akan segera mengakhiri tanggung jawabnya, dan selanjutnya digantikan oleh calon membasuh kaki orangtuaTahapan siraman adat Sunda dilanjutkan dengan prosesi ngaras. Calon pengantin akan dipangku kedua orang tua dalam prosesi dipangkon. Kemudian, si calon pengantin memohon izin kepada kedua orangtuanya untuk menikah, dilanjutkan dengan sungkem, barulah setelah itu calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang air siramanFotografi Bingkai PhotographyUpacara dilanjutkan dengan mencampur air siraman yang berasal dari tujuh mata air dengan tujuh macam bunga beraroma wangi, disebut dengan bunga setaman. Pada prosesi siraman adat Sunda, calon pengantin akan disemprot dengan minyak wangi oleh orangtuanya. Prosesi ini bermakna, agar sang anak bisa selalu mengharumkan nama baik keluarga. NgebakanTak hanya itu, calon pengantin adat Sunda juga harus melewati tujuh lembar kain yang menyiratkan supaya selalu bersabar, sehat, tabah, beriman, bertaqwa, dan selalu istiqomah. Prosesi ini disebut ngebakan. SiramanBarulah akhirnya dilakukan siraman, prosesi yang dilakukan hampir sama dengan siraman adat Jawa. Dimana jumlahnya harus ganjil, 7, 9 atau 11 orang, dimulai dari sang ibu, ayah dan orang yang dituakan dalam prosesi siraman adat Sunda ini, rambut calon mempelai wanita juga akan dipotong sedikit layaknya ngerik pada prosesi Jawa. Hal ini melambangkan percantik diri secara lahir dan batin. Barulah terakhir dilakukan pembersihan bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau atau sinom, godeg serta kembang turi yang disebut dengan ngeningan. Prosesi ini sebagai simbolis membuang atau membersihkan segala kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu, sehingga tidak terulang lagi di masa Parawanten Setelah selesai ngeningan, dilanjutkan dengan acara rebutan parawanten atau rebutan makanan. Makanan yang diperebutkan berupa umbi-umbian atau makanan ringan. Maknanya, sebagai harapan agar kedua mempelai mendapat rezeki yang lancar serta segera memperoleh tumpeng via instagram/ Umarez PhotographyPada prosesi siraman adat Sunda juga dilakukan potong tumpeng, yang kemudian disuapkan ke calon pengantin. Prosesi ini sebagai simbol pelepasan sang anak oleh kedua orangtuanya, untuk memulai hidup baru setelah rambutTerakhir, orangtua akan menanam potongan rambut calon pengantin, sebagai simbol mengubur segala hal buruk agar sang anak siap menjalani hidup baru yang bahagia. Rambut tersebut biasanya dikubur di pekarangan rumah. Fotografi Canola PhotoSecara umum, baik prosesi siraman adat Jawa maupun adat Sunda, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menyucikan diri sebelum pernikahan digelar. Meskipun ada sedikit perbedaan dalam beberapa ritualnya tapi layaknya tradisi adat istiadat daerah lainnya, upacara siraman ini juga perlu dilestarikan. Supaya generasi penerus kelak tetap bisa mengenal akar budaya leluhurnya. Nah, setelah membaca ulasan di atas, sekarang sudah jelas kan dimana bedanya siraman Jawa dan Sunda? Jangan lupa untuk persiapkan pernikahan impianmu bersama WeddingMarket. Temukan berbagai diskon dan promo-promo menarik dari vendor-vendor terbaik di seluruh Indonesia. Semoga bermanfaat, ya! Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Ritual Siraman Aturan Jawa dan Sunda By AM 21 Mar 2022 Viewers 1146 Di Indonesia, jelang ijab kabul biasanya ada berbagai ancang yang dilakukan makanya kedua calon mempelai kemantin, terutama untuk mereka yang memperalat prosesi aturan. Umpama contoh, ijab nikah adat Jawa dan adat Sunda, setidaknya ada 13 tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin. Riuk satu diantaranya cak semau nan memiliki paralelisme, yakni prosesi siraman. Siraman dilakukan dengan maksud untuk menyucikan unggulan mempelai sebelum hari H ijab nikah. Jika tetapi dilihat selincam, prosesi siraman baik dengan sifat Jawa maupun Sunda, nampak sama saja. Tetapi, tahukah kamu ternyata formalitas keduanya sangatlah berlainan? Tradisi siraman sifat Jawa dan adat Sunda punya ciri khasnya saban, baik berpokok tata cara pelaksanaan maupun istilah-istilah yang digunakan. Dimana tetapi letak perbedaannya? Berikut ini WeddingMarket berikan ulasan lengkapnya untukmu. Disimak, ayo ! Siraman Adat Jawa Fotografi Morden Dalam prosesi pernikahan adat Jawa, ritual siraman dimulai dengan sungkeman. Dimana si calon pengantin, memohon abolisi sekaligus meminang restu dan abolisi lakukan menikah kepada orangtuanya. Setelah itu, barulah orangtua akan berbuat siraman kepada si anak. Biasanya prosesi siraman dilakukan satu tahun menjelang akad nikah. Baik calon pengantin wanita ataupun pengantin lanang boleh melaksanakan siraman di kediamannya tiap-tiap. Perlengkapan yang perlu disiapkan sebelum dilaksanakan siraman adat Jawa Air siraman, air jernih dan kudus Bunga mawar, melati dan kenanga bikin ditaburkan ke dalam air siraman Pengaron untuk ajang air siraman Gayung untuk mencoket air Kasah bangka, yaitu lampit berukuran sekitar setengah meter terbuat dari ramin daun pandan. Sehelai kain dan sepiak kejai mori Daun-daun yang terdiri atas daun kluwih, daun koro, patera opo-opo, daun awar-awar, daun turi, daun dadap srep, ilalang dan duri kemarung Dupa, terdiri dari herbal alami, seperti mana kunyit, bunga mawar, temulawak, pala, dan sejenisnya Anglo, kompor nan berfungsi seperti kompor yang terbuat mulai sejak tanah liat Kendhi via instagram/ likuiditayona Kuntjoro Photography Urutan internal upacara siraman adat Jawa yakni laksana berikut Sungkeman Fotografi Morden Seperti yang sudah lalu disebutkan sebelumnya, urutan pertama dalam upacara siraman aturan Jawa dimulai dengan sungkeman. Calon pengantin wanita sungkem kepada kedua orangtua bakal memohon doa restu kerjakan dipersunting oleh kekasih pilihannya. Detik sungkeman ini rata-rata menjadi sangat haru, tak pelik baik unggulan pengantin maupun ayah bunda sampai menitikkan air mata. Siraman Foto via instagram/cantitachril Sesudah selesai sungkeman, barulah dilanjutkan dengan prosesi siraman kebiasaan Jawa. Dengan dibimbing oleh orang tua, calon raja sehari yang telah mengenakkan busana siraman lengkap, dituntun menuju tempat siraman. Tentatif para pengiring membawakan baki berisi seperanggu kain, handuk dan pedupan. Selanjutnya calon raja sehari wanita didudukkan di atas amben yang beralaskan tikar bangka atau tikar pandan. Diwali dengan doa, unggulan mempelai kemudian disiram dengan air siraman adalah air yang berasal dari tujuh sumur sumber tanah dan ditaburi dengan bunga-anakan, antara lain melati, mawar dan kenanga. Total siraman yang dilakukan harus ganjil, dimulai dari sesepuh atau turunan yang dituakan dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan ayah, ibu, atau tali pusar, dan buncit juru solek pengantin . Pemecahan Kendi Setelah radu dilakukan siraman, orangtua calon raja sehari atau juru rias kemudian mecahkan kendi yang digunakan buat menuang air siraman seraya mengucapkan, ā€œ Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku [etiket sang anak asuh] ā€. Proses ini menyimbolkan pecahnya atau berakhirnya masa remaja sang momongan, sekarang bak wanita dewasa. Potong Rikmo Selanjutnya, prosesi siraman adat Jawa diteruskan dengan memotong rikmo alias rambut. Dari pihak mempelai pria juga akan memberikan rincihan rambut yang kemudian disatukan dan dikubur di jerambah rumah. Peristiwa ini melambangkan, lakukan mengubur semua kejadian-hal buruk, sehingga belakang hari rumah hierarki jodoh tersebut semata-mata ada kebaikan dan kebahagiaan. Bopongan Foto via instagram/cantitachril Jenjang selanjutnya n domestik prosesi siraman aturan Jawa ialah, calon pengantin wanita digendong oleh sang ayah mendekati kamar. Prosesi ini melambangkan betapa kasih gegares orang tua akan senantiasa selalu cak bagi anaknya, malar-malar sampai menjelang sang anak memulai lembaran mentah pernikahan. Apabila tidak dilaksanakan bopongan, calon mempelai akan langsung diantar oleh perias menuju kamar. Paes alias berhias Foto via instagram/ambarpaes_jakarta Lebih jauh di kamar, unggulan pengantin berganti busana dan bersiap bikin dikerik bulu di atas dahinya atau disebut dengan istilah dialubi-alubi . Memohon Doa Restu Bungsu, unggulan merapulai keluar bersumber kamar dan menemui para tamu buat memohon puji-pujian restu. Sementara itu, sesepuh ataupun pihak yang dituakan akan mengantar air siraman ke tempat calon pengantin pria. Siraman Adat Sunda Fotografi Morden Setolok halnya dengan siraman adat Jawa, prosesi siraman adat Sunda ngebakan bertujuan untuk membeningkan calon merapulai pengantin baik secara lahir maupun batin. Prosesi siraman adat Sunda dilaksanakan 3-7 hari menjelang waktu ijab nikah. Bujuk hierarki siraman resan Sunda adalah sebagai berikut. Ngengcangkeun aisan melepaskan gendongan Foto Umarez Photography Pada prosesi siraman adat Sunda, tahap pertama dimulai dengan ngengcangkeun aisan. Dimana calon pengantin akan digendong’ secara simbolis oleh si ibu dengan melilitkan kain gendongan di tubuhnya dan sang anak. Kemudian sang ibu mengkhususkan gendongan tersebut, selanjutnya nomine pengantin, ibu bersama ayah menentang tempat siraman. Pada tahap ini sang ayah sekali lagi membawa lilin, prosesi ini bermakna bahwa kedua orangtua akan lekas mengakhiri tanggung jawabnya, dan selanjutnya digantikan oleh calon suami. Ngaras membasuh tungkai orangtua Tahapan siraman rasam Sunda dilanjutkan dengan prosesi ngaras. Calon pengantin akan dipangku kedua orang tua kerumahtanggaan prosesi dipangkon. Kemudian, si primadona pengantin memohon ampunan kepada kedua orangtuanya bakal menikah, dilanjutkan dengan sungkem, barulah setelah itu unggulan pengantin akan kumbah suku kedua orang tuanya. Pencampuran air siraman Fotografi Bingkai Photography Formalitas dilanjutkan dengan mencampur air siraman yang pecah dari tujuh mata air dengan tujuh macam bunga beraroma wangi, disebut dengan rente setaman. Pada prosesi siraman resan Sunda, favorit pengantin akan disemprot dengan parfum makanya orangtuanya. Prosesi ini penting, agar sang anak dapat rajin menyohorkan nama baik keluarga. N gebakan Lain hanya itu, calon pengantin kebiasaan Sunda juga harus melampaui sapta lembar kain yang menyiratkan supaya selalu bersabar, sehat, tabah, beriman, bertaqwa, dan kerap istiqomah. Prosesi ini disebut ngebakan. Siraman Barulah kesannya dilakukan siraman, prosesi yang dilakukan hampir sebagaimana siraman kebiasaan Jawa. Dimana jumlahnya harus ganjil, 7, 9 atau 11 anak adam, dimulai dari sang ibu, ayah dan bani adam yang dituakan dalam keluarga. Ngeningan Lega prosesi siraman aturan Sunda ini, rambut unggulan mempelai wanita juga akan dipotong tekor layaknya ngerik sreg prosesi Jawa. Hal ini merepresentasi percantik diri secara lahir dan batin. Barulah buncit dilakukan pembersihan bulu-bulu halus pada durja, kuduk, membentuk anyir cau atau sinom, godeg serta kembang turi yang disebut dengan ngeningan . Prosesi ini sebagai metaforis membuang atau membeningkan apa kesalahan yang pernah dilakukan di zaman dulu, sehingga tidak terulang lagi di tahun depan. Rebutan Parawanten Setelah selesai ngeningan, dilanjutkan dengan acara rebutan parawanten maupun rebutan nafkah. Makanan nan diperebutkan berupa umbi-umbian atau makanan ringan. Maknanya, sebagai harapan agar kedua raja sehari mendapat rezeki nan lancar serta lekas memperoleh nasab. Tikam tumpeng via instagram/ Umarez Photography Plong prosesi siraman kebiasaan Sunda juga dilakukan potong tumpeng, nan kemudian disuapkan ke calon kemantin. Prosesi ini umpama simbol pelepasan sang momongan oleh kedua orangtuanya, bakal memulai jiwa yunior sehabis menikah. Tanam rambut Terakhir, orangtua akan mengebumikan potongan rambut calon merapulai, perumpamaan huruf angka menimbuni segala hal buruk seharusnya sang anak siap menjalani hidup bau kencur nan bahagia. Rambut tersebut umumnya dikubur di pekarangan rumah. FotografiCanola Photo Secara umum, baik prosesi siraman adat Jawa maupun adat Sunda, keduanya memiliki tujuan yang sejajar, yakni untuk menyucikan diri sebelum pernikahan digelar. Sungguhpun ada cacat perbedaan dalam beberapa ritualnya tapi layaknya leluri tali peranti provinsi lainnya, formalitas siraman ini pula wajib dilestarikan. Supaya generasi penerus lusa tetap bisa mengenal akar budaya leluhurnya. Nah, setelah membaca ulasan di atas, sekarang sudah jelas kan dimana bedanya siraman Jawa dan Sunda? Jangan lalai bikin persiapkan pernikahan impianmu bersama WeddingMarket. Temukan bineka reduksi dan promo-promo menyedot semenjak vendor-vendor terbaik di seluruh Indonesia. Semoga bermanfaat, ya !

perbedaan siraman adat sunda dan jawa